Kamis, 28 Januari 2010

Asseb-Khotbah Kis.Rasul 22:12-21, Minggu 31 Januari 2010

Thema:
ALLAH YANG MEMILIH HAMBANYA DAN BUKAN SEBALIKNYA
(Tuhan sinetapken suruh-suruhenNa)
Introitus: 1 Samuel 16:7c; Pembacaan: Yesaya 49:1-6
Khotbah: Kis.Rasul 22:12-21
Pendahuluan
Berbagai cara Allah memilih orang-orang untuk menjadi hambaNya. Allah memilih Daud pada saat dia masih muda belia dan seorang gembala. Daud pada saat itu bukanlah orang yang diperhitungkan. Dibandingkan abang-abangnya, daud bukanlah apa-apa. Namun ternyata tidak demikian di mata Allah. Demikian juga Yesaya bahkan dipilih Tuhan sejak dalam kandungan.

Untuk apa Allah memilih orang menjadi hambaNya? Berdasarkan artinya, kata “hamba” yang berasal dari kata servant/slave atau doulos (Yunani), ebed (Ibrani) berarti seorang yang sedang dalam status sebagai pelayan atau budak. Tugasnya adalah mengerjakan pekerjaan menurut kehendak tuannya, tidak ada bantah-bantahan. Suatu sikap penyerahan segala "hak pribadi" secara utuh untuk diatur oleh majikannya. Berarti ia sedang menyangkal dirinya atau tidak berhak lagi atas hak pribadinya. Hak itu sudah melebur/menyatu dengan hak tuannya. Akan tetapi haknya itu sekali lagi tak kelihatan kekuatannya. Dengan keadaan itu maka ia berada dalam status budak atau hamba.

Hamba yang benar adalah bila dapat menyenangkan hati tuannya. Demikianlah setiap orang yang menganggap dirinya hamba (hamba Allah), totalits hidupnya yakni apapun yang dikerjakannya hanya untuk menyenangkan tuannya (Allah). Yesus juga disebut “sebagai seorang hamba”. Dalam statusnya sebagai hamba ia taat sampai mati di kayu salib[1]. Oleh karena itu Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.

Dari pengertian ini hamba Tuhan (surus-suruhen) secara lebih khusus[2] adalah mereka yang secara khusus dipanggil orang perorang untuk dikhususkan secara bertanggungjawab untuk menyatakan keagungan Tuhan, menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari Tuhan sampai ke ujung bumi. Dalam Perjanjian Baru berarti untuk memberitakan Injil dan membangun serta menjaga tubuh Kristus (persekutuan) agar tidak terpecah belah dan diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran yang sesat (Bd.Efesus 4:11-15).

Di GBKP orang-orang ini disebut Pendeta/Guru Injil dan Pertua/Diaken. Mereka secara khusus dipilih untuk menegerjakan kepentingan Tuhan dan umat Tuhan, dan bukan pribadi dan gerejanya saja. Walaupun dipilih dan diseleksi oleh gereja melalui proses yang sudah ditetapkan, tetapi dipahami bahwa Allah yang memilih orang tersebut. Oleh karena itu seharusnyalah setiap orang telah dipilih Allah memberlakukan hidupnya sebagai seorang hamba. Dan berbahagialah hamba yang setia[3].

Pendalaman Nas
Perikop renungan kita Kisah Rasul 22:12-21 merupakan kesaksian Paulus tentang dirinya yakni mengenai historitas ia menjadi seorang utusan, seorang hamba Tuhan[4]. Cara Allah memilih Paulus lain lagi. Sebelum ia benar-benar menjadi hamba yang setia, ia terlebih dahulu mengalami penderitaan tidak dapat melihat 3 hari tiga malam setelah bertemu dengan Yesus ketika ia dalam perjalanan ke Damsyik untuk menangkapi orang kristen. Tidak hanya itu, setelah ia dapat melihat kembali Paulus tidak serta merta pergi menjadi utusan untuk memberitakan Injil. Ia terlebih dahulu pergi ke tanah Arab selama 3 tahun[5]. Tidak dijelaskan apa yang dilakukan Paulus di sana, yang pasti setelah itulah ia baru memberitakan Injil sebaga seorang rasul. Maksud paulus menceritakan hal ini sehubungan dengan apologetnya, bahwa ia menjadi seorang utusan, seorang hamba bukan oleh karena kehendak manusia atau pengaruh manusia. Otoritas menjadi seorang utusan (seorang hamba) bukan diperoleh dari Petrus atau rasul-rasul yang lain melainkan dari Yesus sendiri.

Dengan demikian menjadi hamba Tuhan bukan asal mau. Allah sendirilah yang memilih siapa yang akan menjadi hambaNya. Ananis dalam ayat 12 hanyalah sebagai alat Tuhan untuk menyampaikan Firman Tuhan kepada Paulus serta menyembuhkan butanya. Tidak lebih dari itu. Demikian juga rasul-rasul yang lain hanyalah sebagai alat di tangan Tuhan untuk menyatakan kehendakNya. Karena itu seorang hamba Tuhan tidak boleh sombong. Ia harus lebih takut kepada Allah dari pada manusia. Sebagaimana pengertian dari kata “seorang hamba” hidupnya secara totalits milik Tuhan dan untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Memang seorang utusan, seorang hamba Tuhan dalam malakukan tugasnya tidak seperti tukang pos. Tukang pos mengantar surat ke alamat tujuan tampa tahu apa isi dari surat tersebut. Seorang utusan tidak demikian, ia tahu isi dari berita yang harus disampaikan dan tahu persis konsekwensi apa bila menolak menyambut berita tersebut.

Paulus dipilih Tuhan untuk memeberitakan Injil kepada bangsa-bangsa diluar Israel. Oleh karena itu Paulus disebut sebagai rasul bagi orang kafir. Dan untuk melakukan tugas panggilannya tersebut walaupun banyak mengalami penderitaan tetapi tidak membuat padam semangat Paulus untuk terus dan terus memberitakan Injil Kristus dengan setia. Sebab apa? Sebab bagi Paulus penderitaan yang dialaminya tidak seberapa dibanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (Roma 8:18).
Pointer Aplikasi

(1) Menjadi hamba Tuhan yang “sesungguhnya” bukanlah gampang. Dikatakan “sesungguhnya” karena pada jaman kita sekarang ada sebagian orang yang sangat bersedia menjadi “hamba Tuhan”. Bahkan “membeli” nama itupun ada yang mau. Memang benar ada banyak orang yang menyandang gelar tersebut (Pendeta, Evanglis, Pertua atau Diaken). Namun gelar atau jabatan tersebut ternyata bukan jaminan bahwa seseorang itu adalah hamba yang sesungguhnya[6]. Sebab hamba yang sesungguhnya dia akan tetap taat dan setia walaupun karenanya ia harus menderita bahkan mati dalam melakukan tugas yang dipercayakan tuannya kepadanya atau dengan kata lain untuk menyenagkan tuannya. Kebahagiaannya ialah bila dapat melakukan apa yang diperintahkan tuannya dengan baik. Namun kenyataannya sering tidak demikian. Sebab andaikata setiap orang yang disebut hamba Tuhan di GBKP (Pendeta, pertua-Diaken) sungguh-sungguh hidup sebagai hamba yang setia sudah pasti jemaat akan semakin dibangun baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kehadiran jemaat mengikuti persekutuan sudah pasti tidak hanya 40-50 %.
(2) Secara umum cara Allah memanggil masing-masing kita tidaklah sama. Ada sebagian sebelum lahirpun telah menjadi orang kristen oleh karena orang tuanya sudah menjadi orang kristen. Ada yang kemudian menjadi kristen setelah dewasa atau sudah tua oleh karena penginjilan yang dilakukan oleh orang-orang percaya, dan ada juga oleh karena awalnya disebabkan perkawinan, sakit-penyakit, karena anak atau cucu, dsb. Demikian juga menjadi Pendeta, Evanglis, Pertua-Diaken. Bagaimanapun cara Allah memanggil kita, Allah mau kita menjadi hamba yang setia. Dan walaupun dalam menjalankan tugas panggilan tersebut ada banyak tantangan yang kita hadapi, namun satu hal yang pasti bahwa setiap orang yang dipanggil Allah menjadi hambanya akan selalu disertai serta diperlengkapi dengan kuasa yang dari Allah yaitu Kuasa Roh Kudus[7]. Itulah yang menyebabkan Paulus dalam pembacan kita berani bersaksi tanpa rasa takut. Dan kalau kita baca mulai dari Kisah Rasul 21:27 sampai pasal 28, kita akan menyaksikan bagaimana paulus dengan setia mempertahankan imannya serta mengunakan setiap kesempatan memberitakan atau menyaksikan tampa takut bahwa Yesus adalah Mesias yang telah disalibkan dan bangkit pada hari ke tiga untuk menyelamatkan umat manusia. Bagaimana dengan kita?

Pondok Gede, 28 Januari 2010
Pdt.S.Brahmana
------------------------
[1] Bd.Filipi 2:5-11
[2] Dikatakan “lebih khusus” karena semua orang percaya dapat juga disebut sebagai hamba Tuhan. Semua orang percaya di utus di tengah-tengah dunia ini untuk menjadi saksi Tuhan baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Yesus mengatakan dalam Matius 5:13-16 bahwa kita adalah garam dan terang dunia ini; Bd. 1 Petrus 2:9.
[3] Bd.Matius 25:14-30
[4] Hal ini tidak diceritakan dengan maksud kesombongan, namun sebagai apologet (pembelaan diri Paulus) bagi orang-orang Yahudi, khususnya .
[5] Galatia 1:17-18
[6] Bd. Gembala upahan dalam Yohanes 10:12-13
[7] Bd.Matius 28:20; Kis.Rasul 1:8

Selasa, 26 Januari 2010

LAMBANG-LAMBANG DARI KE 4 INJIL

Masing-masing penulis dari keempat Injil telah melakukan pekerjaannya dari suatu sudut pandangan tertentu. Sering kali para penulis Injil-injil tersebut dilukiskan pada jendela kaca, dalam bentuk simbol. Simbol-simbol itu berbeda-beda tetapi yang paling umum adalah ini.


Lambang dari Markus adalah seorang laki-laki. Markus adalah yang paling sederhana dan sangat lugu dalam penyajiannya. Memang dikatakan bahwa watak Markus adalah realisme. Injilnya hampir merupakan sebuah laporan mengenai kehidupan Yesus.

Lambang Matius adalah seekor singa. Matius adalah seorang Yahudi yang menulis untuk orang Yahudi dan ia melihat di dalam diri Yesus, Sang Mesias itu, singa dari suku Yehuda, yang telah dinubuatkan oleh nabi-nabi.

Lambang Yohanes adalah burung rajawali. Seekor burung rajawali dapat terbang lebih tinggi daripada bu¬rung lainnya. Dikatakan bahwa di antara segala makhluk hidup hanyalah burung rajawali yang sang-gup menatap matahari. Injil Yohanes adalah suatu Injil teologis; pemikiran-pemikirannya lebih tinggi dari yang lain. la adalah Injil di mana seorang filsuf dapat menemukan tema-tema untuk dipikirkan seumur hidupnya dan memecahkannya di dalam kekekalan.

Lambang Lukas adalah anak lembu. Anak sapi adalah binatang yang biasanya dipakai sebagai kurban; dan Lukas melihat bahwa Yesus adalah kurban untuk seluruh dunia. Lagi pula, di dalam Injil Lukas segala batas dan penghalang dihancurkan dan Yesus adalah bagi orang Yahudi maupun orang kafir, baik bagi orang kudus maupun bagi orang berdosa. la adalah Juruselamat dunia.

Di kutif dari buku Pemahaman Alkitab Setiap Hari LUKAS
Penulis: William Barclay
Penerbit: BPK Gunung Mulia, cetakan ke 4 tahun 2000


HARI DAN MASA BERISTILAH KHUSUS DALAM PENANGGALAN LITURGI

MASA NATAL
ADVENT. Adventus (bahasa latin) = 'kedatangan' Istilah ini dulu kala dipakai umum dalam Imperium Romawi untuk kedatangan kaisar yang dianggap sebagai dewa, kemudian dipakai oleh pengikut-pengikut Kristus untuk menyatakan bahwa bagi mereka bukan kaisar, melainkan Kristus adalah Raja dan Tuhan. Masa Advent adalah masa persiapan sebelum Natal, yakni masa persiapan untuk menghayati makna kedatangan Kristus, sesuai dengan penantian Mesias oleh umat Israel yang terungkap dalam Alkitab Perjanjian Lama, juga sehubungan dengan kedatangan-Nya pada akhir zaman.


GAUDETE. Gaudete (bahasa latin) = 'bersukacitalah' (Plp.4:4) yang adalah kata pertama dari antifon (semacam refren) pada Mazmur Pembukaan untuk Hari Minggu Advent III. Seluruh Hari Minggu itu diberi nama menurut kata pertama tersebut. Warna merah muda juga sesuai dengan sukacita itu: fajar menyingsing.

RORATE. Rorate caeli (bahasa latin) = Teteskanlah, hai langit' (Yes. 45:8), sama seperti di atas: Kata-kata pertama dari antifon pada Mazmur Pembukaan untuk Hari Minggu Advent IV.

Warna Masa Advent: Tradisional gerejawi: ungu untuk Hari Minggu Advent I, II dan IV, merah muda (warna fajar) untuk Hari Minggu Advent III, Ada Gereja yang memakai warna biru ganti ungu, karena karakter Masa Advent tidak sama dengan karakter Masa Prapaska. Warna biru juga dihubungkan dengan Maria yang mewakili umat Israel dalam penantiannya akan kedatangan Mesias.

Advent I : Hari Minggu ke-4 sebelum Natal: biru (atau ungu)
Advent II : Hari Minggu ke-3 sebelum Natal: biru (atau ungu)
Advent III : Hari Minggu ke-2 sebelum Natal: merah muda (atau tetap biru/ungu)
Advent IV : Hari Minggu ke-1 sebelum Natal: biru (atau ungu)

NATAL. Kata Portugis Natal ini berasal dari bahasa Latin Natalis, yakni Dies Natalis, yang berarti Hari Lahir. Masyarakat pra-kristiani dalam Imperium Romawi dahulu menggunakan istilah ini untuk Kelahiran dewa Sang Surya, lengkapnya dies natalis invicti: hari kelahiran matahari yang tak terkalahkan. Pengertiannya dihubungkan pula dengan penyembahan kaisar sebagai dewa seperti matahari. Kaisar (abad ke-3) menetapkan perayaannya pada 25 Desember, demi kehormatannya sendiri sebagai 'tuhan'. Hari ini kemudian 'dikristianisasi’ sebagai Dies Natalis Yesus Kristus sebagai Matahari Kebenaran, Terang dunia yang sebenarnya, Raja alam semesta, Tuhan yang sang-gup turun dari takhta-Nya.

Ada juga perhitungan tanggal kelahiran Yesus yang bertitik tolak dari Lukas 1:26. Jikalau Tahun Baru Yahudi (awal bulan Tisyri) jatuh pada sekitar awal Oktober, maka bulan keenam jatuh sekitar bulan Maret. Apabila malaikat Gabriel datang kepada Maria pada akhir bulan keenam itu, maka akhir Desember (menurut kalender kita) adalah 9 bulan sesudahnya. Namun, menurut kalender Yahudi, bulan keenam juga dapat dihi-tung dari Paska, sehingga kelahiran Yesus terjadi pada musim panas dan kandang di Betlehem sedang kosong karena domba-domba bisa bermalam di alam terbuka.

EFIFANIA. Bahasa Yunani Epifaneia = penampakan, khususnya penampakkan Kaisar atau patungnya sebagai dewa pada puncak manifestasi di stadion atau amfiteater (tempat tontonan besar untuk rakyat). Umat Kristiani pertama tidak mengakui kaisar, melainkan Yang Tersalib sebagai Tuhan. Istilah 'Epifania' tetap mereka pakai untuk per-ingatan kedatangan (Penampakan, penyataan tampil-Nya) Sang Juruselamat yang bernama Yesus. Tematik Epifania lebih luas dari hanya kelahiran-Nya: kedatangan Terang dunia, penyembahan oleh orang majus, pembaptisan Yesus oleh Yohanes (dengan suara dari atas: 'Inilah Anak-Ku'). Dirayakan pada 6/7 Januari (atau pada Hari Minggu terdekat), mula-mula khususnya di bagian Timur Imperium Romawi, kemudian juga di bagian Barat (sejarahnya lebih lama daripada perayaan Natal).

SUB OKTAF NATAL. Kadang-kadang ada Hari Minggu di antara 25 Desember dan 1 Januari, sehingga jatuh pada suatu tanggal sebelum 'Oktaf Natal' (lihat keterangan di bawah ini). 'Sub Oktaf berarti 'di bawah oktaf.

OKTAF NATAL. Hari ke-8 sesudah 25 Desember, tepat pada Januari. Lebih penting dari Tahun Baru' menurut Tahun Sipil' adalah Nama 'Yesus' yang diberi kepada-Nya pada saat la disunat satu minggu sesudah la lahir (Lukas 2:21).

Warna Masa Natal dan Eepifania: putih.

MASA PASKA
Istilah Pasca, bahasa Portugis, dikembangkan melalui bahasa Latin dan Yunani dari kata Ibrani Pesakh, yang berarti 'lewat'. Yang lewat adalah malaikat maut, yang dilewati adalah maut sendiri (lambangnya ialah penyeberangan Laut Tiberau dan Sungai Yordan). Huruf terakhir dari kata Ibrani Pesakh kemudian dalam bahasa Yunani pindah ke tengah: Paskha, sehingga dalam bahasa Indonesia seharusnya ditulis: Paska, (tanpa h di ujung). Paska Kristus (lewat kematian) adalah konsekuensi pengertian Paska dari Kitab-kitab Perjajian Lama (bnd. Luk. 24:44-45). Paska adalah dasar eksis-tensi. Gereja dan seyogianya dirayakan lebih intensif daripada Hari Natal.

PRAPASKA. Masa persiapan sebelum Paska. Ada yang memulainya dengan Septu-agesima, yakni pada Hari ke-9 sebelum Paska. Lebih umum adalah Masa 40 hari sebagai masa persiapan, mulai dengan Rabu Abu. Ada juga yang memulai Masa Prapaska dengan hari ke-50 sebelum Paska, sehingga seluruh siklus Paska menj'adi '100 Hari1 (sebenarnya 100-1 =99 hari).

SEPTUAGESIMA. Kata Latin Septuagesima berarti 'yang ke-70'. Angka 70 itu tidak me-nunjukkan hari ke-70 sebelum Paska, tetapi melambangkan ke-70 bangsa di dunia (kej. .10) serta ke-70 tahun masa pembuangan di negeri Babel (2Taw. 36:21; Yer. 25:11,12)

SEXAGESIMA. Kata Latin sexagesima berarti 'yang ke-60'. Ini hanya nama saja, sama seperti 'yang ke-70' tadi bukan perhitungan tepat dari hari kesekian sebelum Paska.

QUINQUAGESIMA. Kata Latin Quinqagesima berarti 'yang ke-50". Inilah perhitungan tepat hari ke-50 sebelum Paska, sama seperti Pentakosta (bahasa Yunani) adalah yang ke-50 sesudah Paska.

ESTO MIHI. Kata Latin Esto Mihi = 'Jadilah bagiku' (Mzm. 31:3b). yakni kata pertama antifon (refren) Mazmur Pembukaan, apabila Hari Minggu ke-7 sebelum Paska (Quinguagesima) memakai tematik penampilan Yesus dalam kemuliaan di atas gunung (sebagaimana berlaku menurut penanggalan Tahun Liturgi sebelum Konsili Trente pada abad ke-16).

Warna bagi ketiga Hari Minggu ini: Hijau (meneruskan warna Masa Biasa sesudah Epifania); namun ada juga tradisi yang sudah mulai memakai warna ungu di sini. Dewasa ini pada umumnya tidak dipakai lagi Septuagesima dan Sexagesima (sehingga juga warna ungu tidak berlaku lagi di sini. Dalam tradisi Lutheran Hari Minggu Quinguagesima tetap dipertahankan dengan nama tradisionalnya Esto mihi, yakni sebagai titik peralihan, menurut cerita Injil, dari perjalanan Yesus di Galilea kepada perjalanan-Nya ke Yerusalem, yang ditandai oleh kisah tentang Yesus yang tampak da-lam kemuliaan di atas gunung bersama-sama dengan Musa dan Elia (suara dari atas: 'Inilah Anak yang Kukasihi'). Jika itu berlaku sebagai tematik untuk Hari Minggu ke-7 ini sebelum Paska (yakni tepat hari ke-50), maka warnanya ialah warna Paska, yakni putih (sama seperti 'Epifania' dan 'Kamis Putih’ sudah bersifat Paska sebelum Paska, mengingat relasinya dengan Baptisan, baik dari Yesus di Sungai Yordan maupun dari Israel di Laut Merah). Dalam Lukas 9: 31 dikatakan bahwa Musa dan Ella berbicara dengan Yesus tentang 'tujuan kepergian-Nya', dalam bahasa Yunani ekshodos atau exodus-Nya yakni 'Keluaran-Nya', Paska-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem.

QUADRAGESIMA. Kata Latin quadragesima berarti Van9 keempatpuluh'. Yaitu hari ke-40 sebelum Paska, yang juga disebut 'Rabu Abiv . Jika dihitung menurut jumlah hari antara Rabu Abu dan Paska, maka ternyata jumlah itu bukan 40, melainkan 46. Maka untuk mendapatkan angka 40 itu, jumlah 46 hari harus dikurangi dengan 6 Hari Minggu, karena setiap Hari Minggu tetap mengacu kepada Kebangkitan Kristus - dalam hal ini seperti enam oasis dalam padang gurun, di mana ada penyegaran untuk dapat melanjutkan perjalanan 40 hari menuju Paska. Simbolik angka 40 terdapat di mana-mana dalam Alkitab (umat Israel di padang gurun, Musa di atas gunung, Elia di jalan ke Horeb, puasa orang Ninewe, Yesus di padang belantara, dll).

RABU ABU. Awal Masa 40 hari. Abu yang secara simbolik ditaruh di atas kepala atau dijadikan tempat tidur menunjukkan perendahan diri, intropeksi, perkabungan, perto-batan, pendekatan diri kepada Tuhan: manusia tidaklah lebih daripada debu di hadapan Allah (Kej. 18:27; 2 Sam. 13:19; Est. 4:1,3; Ayb. 2:8;42:6 Yes. 58;5, Yer. 6:26; Yeh. 27:30; Dan 9:3; Yun. 3:6). Dalam tradisi Protestan 'Masa 40 hari' dan 'Rabu Abu' pada umumnya kurang diindahkan, mungkin karena sikap segan terhadap bentuk dan simbolik, lagi pula untuk menghindari ekses-ekses yang dulu kala terjadi menjelang Masa 40 Hari itu sebagai kesempatan terakhir untuk berhura-hura ('karnaval'). Namun kombinasi Hari Minggu ke-50 sebelum Paska (7 Minggu) dengan Masa 40 Hari (6 Minggu) sangat dapat menolong jemaat untuk lebih memahami dan menghayati arti (Trihari) Paska!

INVOCABIT. Kata Latin Invocabit = 'Bila ia berseru' (Mzm. 91:15), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada Hari Minggu ke-6 sebelum Paska.

REMINISCERE. Reminiscere = 'Ingatlah' (Mzm. 25:6), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada Hari ke-5 sebelum Paska.

OCULI. Oculi = "Mata (ku)' Mzm. 25:15), sesuai dengan antifon Mazmur Pembukaan pada Hari Minggu ke-4 sebelum Paska.

LAETARE. Laetare = 'Bersukacitalah' (Yes. 66:10), sesuai dengan antifon untuk Mazmur 122 sebagai Mazmur Pembukaan pada Hari Minggu ke-3 sebelum Paska.

JUDICA. Judica = 'Berilah Keadilan' (Mzm. 43:1), sesuai dengan antifon Mazmur Pem¬bukaan pada Hari Minggu ke-2 sebelum Paska. Hari Minggu ini juga sering disebut Hari Minggu Passio Pertama. Passio = sengsara.

PALMARUM. berarti 'Hari Palma' (bnd. Yon. 12:13). Jika tematiknya tidak berhu-bungan dengan perjalanan Yesus Masuk Ke Yerusalem, Hari Minggu ini juga dapat disebut Hari Minggu Passio Kedua.
Warna umum untuk masa Prapaska adalah: Ungu. Namun lihat keterangan untuk Hari Minggu ke-7 (Quinguagesima). Lalu, sama seperti Hari Minggu Advent ke-3, Hari Minggu Laetere (ke-3 sebelum Paska) memakai warna merah muda (atau tetap ungu). Jika aksentuasi Hari Minggu terakhir sebelum Paska adalah Passio (sengsara), maka warnanya ungu: Jika aksentuasinya pada perjalanan Yesus masuk ke Yerusalem sebagai Raja, warnanya adalah merah (atau tetap ungu). Tidak ada keharusan dalam soal warna, namun warna dapat mengaktifkan imajinasi penghayatan!

TRIHARI PASKA. Ketiga hari dari Paska Yesus: Jumat (termasuk malam sebelum-nya) Sabtu dan Minggu: Perjalanan melalui maut memasuki hidup, sejalan dengan perjalanan umat Israel melalui Laut Merah (Teberau) dan Sungai Yordan menuju ke Hidup di Tanah Perjanjian.

KAMIS PUTIH. Seharusnya bukan Hari Kamis, melainkan malamnya hari Jumat Agung. Warnanya putih, karena pada malam hari itu Yesus merayakan Pesakh de¬ngan murid-muridnya.

JUMAT AGUNG. Peringatan riwayat sengsara Yesus (Passio) sepanjang hari Warna: merah (atau tetap ungu; dulu: hitam). Warna merah menunjukkan martyria, yakni 'kesaksian' seorang martir yang dibunuh. Oleh karena itu warna merah dipakai untuk per-ingatan kematian Stefanus pada 26 Desember (ia disebut 'saksi', yakni 'martir' da¬lam Kis. 22:20), juga untuk peringatan 'Para Saksi Kudus' pada 1 November (banyak-nya 'martir' bagaikan awan sekeliling kita: Ibr. 11:1; bnd. why. 17:6) dan terutama untuk peringatan Sengsara dan Kematian Yesus pada Hari Jumat Agung ('Saksi yang setia': Why. 1:5;3: 14).

SABTU SUNYI. Hari Ketujuh, Hari Sabat, Hari Perhentian, Hari Istirahat. Tubuh Yesus di dalam kubur. Warna: merah.

MALAM PASKA. Sama seperti Jumat Agung mulai dengan malam sebelumnya ('Kamis Putih'), begitu juga Hari Minggu Paska mulai dengan malamnya (sesuai dengan perhitungan hari dulukala; lihat juga Kej. 1:5, 8, 13 dst.). Ada Gereja-gereja yang merayakannya semalam suntuk, antara lain dengan membaca bagian-bagian Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) sehubungan dengan Paska serta pe-layanan Baptisan Kudus (menjelang subuh). Warna: mulai dari saat matahari terbenam: putih.

MINGGU PASKA. Semua Hari Minggu sepanjang Tahun Liturgi mengacu kepada Hari Kebangkitan ini dan disebut 'Minggu', karena 'Minggu1 berarti Tuhan', yakni Tuhan yang bangkit pada Hari Akhad (Akhad, bahasa Arab, sama seperti Ekhad dalam bahasa Ibrani, berarti (Hari) Pertama: Kej. 1:5; Mat. 28:1; Mrk. 16:2; Luk. 24:1; Yoh. 20:1). Maka Hari Minggu adalah Hari Tuhan (Why. 1:10). Kata 'Minggu' itu berasal dari bahasa Portugis (Dominggu(s) dan Latin Dominus, yang berarti Tu(h)an' (sehingga juga pendeta dan seorang lulusan lain dari universitas dulu dipanggil domine, 'tuan'). Hari Minggu Paska (termasuk malamnya) hendaknya dirayakan sebagai hari peringat-an Gereja yang paling meriah. Warna: putih (sepanjang seluruh Masa Paska: 7x7 hari, jadi sampai Hari Pentakosta (warnanyamerar?).

QUASIMODO GENITI. Kata Latin Quasimodo geniti = Sama seperti bayi-bayi yang baru lahir' (1 Ptr. 2:2): nama Hari Minggu pertama sesudah Paska (juga disebut Hari Minggu Paska II). Ayat ini dipakai sebagai antifon pada Mazmur Pembukaan sehu¬bungan dengan orang-orang yang baru dibaptis pada Malam Paska. Mungkin boleh dianjurkan untuk lebih menghayati makna Malam Paska itu dengan baptisan orang dewasa dan peneguhan sidi anggota-anggota baru pada malam itu juga!

MISERICORDIAS DOMINI. Misercordias Domini = 'Kasih Setia Tuhan' (Mzm. 89:2), dalam kombinasi dengan Mzm. 33:5), yakni kata pertama antifon Mazmur Pembukaan. Hari Minggu ini juga sering disebut Pastor Bonus (Gembala Yang Baik) yang sama seperti Quasimodo geniti dihubungkan dengan mereka yang baru di-baptiskan/diteguhkan sidi. Nama-nama ini diberi kepada Hari Minggu kedua sesudah Paska, yakni Hari Minggu Paska III.

JUBILATE. Jubilate = 'Bersorak-sorailah' (Mzm. 66:1), dari antifon Mazmur Pembukaan untuk Hari Minggu Paska IV, Isi Mazmur 66 jelas mengacu kepada Paska.

CANTATE. Cantate = 'Nyanyikanlah' (Mzm. 98:1) dari antifon Mazmur Pembukaan un¬tuk Hari Minggu Paska V. Juga Mazmur 98 adalah Mazmur Paska.

ROGATE. Rogate = 'Mintalah1, Nama dari Hari Minggu Paska VI, kali ini bukan dari Mazmur Pembukaan, melainkan sehubungan dengan Doa untuk tumbuh-tumbuhan pertanian (cukup relevan!), juga sehubungan dengan 'panen rohani' yang ditandai oleh perayaan Pentakosta nanti.

EXAUDI. Exaudi = 'Dengarlah' (Mzm. 27:7) dari antifon Mazmur pembukaan. Paska VII. Ayat 10 dari Mazmur "yang sama, 'Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku', dapat dihubungkan dengan sabda Yesus dalam Yoh. 14:18), Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu', yaitu sesudah ke-bangkitan dan kenaikan-Nya.

PENTAKOSTA. Kata Yunani Pentakosta berarti 'yang ke-50', yakni hari ke-50 sesudah Paska. Hari ke-50 itu adalah mahkota atas Masa Paska, sesuai dengan Ulangan 16:9-12. Yakni suatu pesta besar, pesta panen dan pesta kemerdekaan. Tidak kebetulan Yerusalem penuh orang pada hari ke-50 sesudah Yesus bangkit. Dan baru pada hari itu kebangkitan-Nya dipahami oleh para rasul sehingga mereka mendapat kekuatan dan keberanian untuk bersaksi (Kis 2:14,22-24, 32-33,36). Panen Paska adalah orang-orang yang menjadi percaya oleh kuasa Ron Kudus (Kis. 2:37-42). Warna: merah, warna api, warna keberanian untuk memberi kesaksian (martyria).

TRINITAS. Kata Latin Trinitatis = (Hari Minggu) Trinitas. Perayaan Hari Minggu Trinita¬tis baru ditetapkan pada abad ke-14. Warna: putih. Ada yang menganjurkan mengha-pus nama hari Minggu ini dan langsung sesudah Pentakosta memasuki Masa Biasa dengan warna hijau, karena 'Trinitatis' ini mengesankan semacam 'penutupan' siklus perayaan gerejawi. Lagipula tidak diperlukan suatu Hari Minggu khusus untuk Trinitas: setiap Hari Minggu dirayakan dalam nama Allah Tritunggal.

Gereja Katolik Roma dewasa ini tidak memakai lagi istilah-istilah seperti di atas, yakni nama Hari Minggu Gaudete dan Rotare coeli dalam Masa Advent serta nama semua Hari Minggu dalam Masa Prapaska dan Masa Paska, dari Esto mihi atau Invocabit sampai dengan Exaudi.

Dikutif dari ALMANAK KRISTEN INDONESIA.
Semoga bermanfaat.

Kamis, 14 Januari 2010

Undangan Musyawarah Majelis GBKP Pondok Gede

No : 577/ RG.PD/I/2010

H a l : Sidang Majelis

Lamp. : Program Tahun 2010

Man sinihamati,

Pdt, Pt/Dk, Pt/Dk.Emeritus : _________________________

Ibas ingan sekalak-sekalak

Mejuah-juah ibas kekelengen Tuhanta Yesus Kristus

Arah surat enda itenahken kita kerina kubas sidang Runggun GBKP Pondok Gede sinilakoken:

Wari : Minggu, 17 Januari 2010

Pukul : 11.00 WIB seh dung

Ingan : Ruangen Sermon GBKP Pondok Gede

Alu Acara :

NO

WAKTU

ACARA

PELAKSANA

1.

11.00-11.30

Kebaktian

Pt.Bp.Sativa Tarigan

2.

11.30-11.45

Qorum Sidang

Sekretaris

3.

11.45-12.00

Pembukaan/Pengesahen acara ras Tata Tertib Sidang

Ketua Runggun/Ket.Bidang

4.

12.00-13.00

Penjelasen/Pengarahen Sidang Kelompok

Bp.Runggun

a) Bid.Marturia

Hal.5-8

Ketua, Bendahara, sekretaris I, seksi bidang penunjang + 1 kalak teptep seksi kategorial + Pt.Em.Bp.Andri Tarigan

b) Bid.Koinonia

Hal.9-22

Ketua Bid.Koinonia + seksi-seksi si ibidangi + Pt.Em.Bp.Yunus Brahmana

c) Bid.Diakonia

Hal. 23-27

Ketua Bid.Marturia + seksi-seksi si ibidangi + Sekretaris II

d) Kelompok Umum (Badan Penunjang, Keuangan & hal-hal umum)

Hal.28-31

Ketua Bid.Diakonia + seksi-seksi si ibidangi + Pt.Em.Nj.Sembiring

5.

13.00-13.30

Makan Siang

Tuan Rumah Pt.Bp.Fani Tarigan

6.

13.30-14.30

Pleno

Ibabai masing-masing ketua Bidang ras kelompok umum ibabai bendahara

7.

14.30-15.00

Warna Sari

Pt.Bp.Moury Ginting

8.

15.00-15.10

Penutupen/Pertoton Penutup

Ketua Runggun/Pendeta

Bagendame surat enda isehken man banta, alu arapen Dibata pedauh alangen ibas kita sekalak-sekalak.

Pondok Gede, 15 Januari 2010

BP GBKP RUNGGUN PONDOK GEGE

Ketua Sekretaris




Pdt.S.Brahmana,S.Th,MA Pt.Junedi Ginting

Cc.Pertinggal