Jumat, 28 Mei 2010

Asseb Khotbah Lukas 12:1-12, Minggu 30 Mei 2010

Thema:
TAKUTLAH KEPADA ALLAH
(Mbiarlah man Dibata sebab Ia singkawali).

Introitus: Kolese 2:7; Pembacaan: Mazmur 57:1-4
Khotbah: Lukas 12:1-12

Pendahuluan
Umumnya orang pernah merasa takut. Takut kehilangan pacar, takut kehilangan orang yang dicintai. Ada yang takut karena masa depan. Ada lagi yang takut karena ada setan, dll. Mengenai rasa takut ini dipahami sebagai hal yang wajar, namun dianggap kurang beriman. Namun tidak demikian dengan merasa takut kepada Allah. Takut kepada Allah dipahami sebagai indekator beriman. Kata “takut” kepada Allah di dalam Alkitab tidak boleh dipahami selalu sama artinya. Dalam bahasa Karo kata “takut” yang ditujukan kepada Allah ada kalanya tidak diterjemahkan dengan kata “mbiar” tetapi “erkemalangen”. Kata “biar” dalam kamus bahasa Karo diterjemahkan sebagai “takut, tidak berani, khwatir, gentar”. Berbeda dengan kata “malang” (erkemalangen) yang diterjemahkan sebagai “hormat, segan, wibawa, malu, takut. Kata erkemalangen memang ada unsur takut tetapi yang ditonjolkan rasa hormat. Jadi “erkemalangen” kepada Tuhan, tidak hanya ada perasaan takut, tetapi juga hormat (hormat karena kebaikannya, keteladanannya, kasihnya, dll), sebab bila hanya ada perasaan takut maka kita cendrung menjauhi orang yang kita takuti tersebut, atau ketika diseruh melakukan suatu tanggungjawab dikerjakan tetapi tidak dengan tulus, bisa bersikap munafik. Saya ingat waktu masih sekolah SMP. Pada waktu disuruh kerja bakti atau membersihkan halaman sekolah saya akan rajin, sungguh-sungguh jika diawasi oleh guru, tetapi sebaliknya jika tidak ada guru. Mengapa demikian? Jawabnya karena takut, sehingga apa boleh buat dikerjakan walaupun tidak dengan tulus.

Pendalaman Nas
Dalam perikop kita (Lukas 12:1-12), kita menemukan kata “mbiar” (takut) yang ditujukan kepada Allah dan juga kata “erkemalangen” dalam ayat 5[1]. Kata takut dalam ayat ini dihubungkan dengan kemahakuasaan Allah melebihi apapun. Allah tidak hanya dapat membunuh tetapi juga melemparkan orang ke dalam neraka. Berbeda dengan kuasa manusia atau apapun di dunia ini. Mereka hanya dapat membunuh tubuh, tetapi setelah itu tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Oleh karena itu, dalam konteks ini para murid Yesus diperingatkan agar tidak takut kepada apapun kecuali kepada Allah. Oleh karena itu, dalam konteks ini ketika orang banyak telah berkerumun yang disebut dalam ayat 1 beribu-ribu, Yesus memberi pengajaran khusus kepada para muridNya agar tidak takut kepada apapun kecuali kepada Allah.

Ada beberapa hal pengajaran Yesus kepada muridNya. Disamping mengenai masalah kepada siapa kita seharusnya takut, juga Yesus mengingatkan para muridNya beberapa hal yang penting. Pertama, mengenai kemunafikan. Mengenai hal ini Yesus dengan fulgar mengingatkan para muridNya agar berhati-hati menjaga hidup sehingga tidak dipengaruhi ajaran (ragi) orang parisi yang nampak dalam cara-cara hidup dan keberagamaannya yang manafik (hidup yang pura-pura baik, alim, kudus, dsb) atau hypokris yang berarti man sandiwara secara kiasan. Mengenai hal ini Yesus mengatakan bahwa suatu hari semuanya akan disingkapkan. Benar seperti salah satu lagu yang dinyanyikan Friskila Group yang antara lain syairnya “dihadapan manusia boleh kau bersandiwara tetapi jangan kepada Tuhan”. Artinya bahwa kemunafikan kita mungkin tidak diketahui manusia, tetapi tidak demikian bagi Tuhan. Dan Tuhan sangat membenci kemunafikan. Itulah mengapa secara fulgar Yesus menyebut kemunafikan orang Farisi pada zamannya. Kedua, janji pemeliharaan Tuhan secara mendetail. Hidup lebih takut kepada Tuhan dari apapun di dunia ini hanya mudah mengucapkannya tetapi tidak demikian dalam prakteknya, demikian juga hidup tidak munafik atau berpura-pura. Dalam hal ini Yesus mengingatkan para muridNya agar jangan takut terhadap apa pun sebagai konsekwensi hidup takut akan Tuhan dan hidup yang tidak munafik. Bagi orang yang konsisten hidup takut akan Tuhan akan dipeliharakan. Tetapi sebaliknya, boleh jadi orang yang tidak takut akan Tuhan serta orang yang hidup munafik kelihatannya aman-aman saja bahkan kelihatan berhasil dalam hidupnya, namun itu hanya sementara, paling lama selama hidup di dunia yang singkat ini setelah itu akan mengalami kebinasaan. Oleh karena itu Yesus mengingatkan agar muridNya jangan takut apapun selain takut kepada Allah. Jikalau burung pipit yang dijual 5 ekor dua duit juga dipelihara Tuhan, tentu lebih lagi murid-muiridNya. Ketiga, agar jangan takut mengaku terang-terangan sebagai pengikut Kristus. Titik puncak seruan agar tidak takut ini terletak dalam ayat 11-12. Dalam sejarah gereja ada satu tokok yang bernama Polikarpus. Ia terkenal karena kesetiaan dan keberaniannya tetap mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya. Walaupun dia diancam dengan hukuman dibakar hidup-hidup oleh kaisar Roma pada waktu itu (tahun 155/156), Polikarpus tidak mau menyangkal dan mengutuk Yesus. Akhirnya ia dibakar hidup-hidup dan mati sebagai martir. Mengapa Polikarpus bersikap demikian? Apakah dapat dikatakan Polikarpus mati konyol karena tidak berlaku cerdik? Mungkin dunia menganggap Polikarpus sangat bodoh, seharusnya Polikarpus menyangkali Yesus saja dengan mulut, tetapi yang penting dalam hati tidak demikian. Cara ini memang cerdik dan sering dilakukan oleh orang Kristen untuk membenarkan diri dari rasa bersalah karena telah menyangkal TuhanNya. Mereka menghibur diri dengan mengatakan yang penting hati. Hati-hati terhadap hal ini. Iblis itu terlalu cerdik untuk dikalahkan. Ada satu contoh mengenai hal ini. Seorang permata yang sudah tamat SMEA sedang mencari pekerjaan. Mengetahui hal ini, ada keluarga kristen yang menawarkan dapat membantu menjadi PNS dengan syarat ada KTP beragama tertentu, yang bukan kristen. Ketika mendapat tawaran tersebut si permata menyanggupi membuat KTP dengan pembenaran diri bahwa itu hanya KTP, yang penting hati saya tetap percaya kepada Yesus Kristus, batinnya. Singkat cerita si permata benar mendapat pekerjaan menjadi PNS. Ia sangat bersyukur kepada Tuhan Yesus. Namun setelah bekerja lebih kurang 3 bulan ada perubahan yang menyolok. Pertama ia menanggalkan kalung salib yang selama ini selalu menghiasi lehernya. Kemudian tidak lama setelah itu, gambar-gambar Tuhan Yesus yang ada di rumah orang tuanya juga diturunkan, dengan alasan ia malu kalau teman-teman kantornya datang. Demikian seterusnya dan akhirnya pindah agama. Berdasarkan kisah nyata ini, kiranya menjadi peringatan kepada kita agar tidak menyangkal Yesus dalam bentuk apa pun. Sebab sangat jelas dikemukakan dalam ayat 8 dan 9 dan juga dalam Matius 10:32,33 “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga”. Sehubungan dengan hal ini, berbeda dengan menentang “anak manusia” dalam ayat 10. Menentang karena belum mengenal atau belum percaya kepada Yesus masih bisa diampuni jikalau kemudian ia percaya kepada Yesus dan bertobat. Tetapi tidak demikian jikalau menghujat Roh Kudus. Yang dimaksud “menghujat” (Yunani “blasphemeo”) Roh Kudus ialah ketika seseorang dengan sengaja menolak pernyataan Roh Kudus seperti penyembuhan orang yang dirasuk setan, yang buta dan bisu yang dilakukan Yesus[2] dengan menginaNya sebagai karya setan[3]. Atau dengan kata lain, jika seseorang oleh penerangan Roh Kudus sudah tahu bahwa Yesus sungguh-sungguh adalah Juruslamat, namun ia tidak mau tahu terhadap apa yang dia sudah tahu tersebut dengan menghinanya, memfitnahnya dengan mengatakan sebaliknya dari penerangan yang telah diberikan Roh Kudus, maka orang tersebut tidak dapat diampuni.

Pointer Aplikasi
(1) Kalau kita diminta jujur, apakah yang paling kita takuti dalam hidup ini? Adakah kita paling takut kepada Tuhan? Terserah apa jawaban kita. Yang pasti melalui Firman Tuhan Minggu ini, kita diingatkan agar jangan takut kepada manusia betapa pun besarnya pengaruh atau kuasanya di dunia ini sebab mereka hanya mampu membunuh tubuh setelah itu tidak berkuasa apa pun, tetapi kepada Tuhan yang tidak hanya membunuh tetapi juga mempunyai kuasa melemparkan orang ke dalam neraka. Pernyataan Yesus dalam ayat 4 bukan sebagai lehitimasi agar berlaku sesuka hati, atau sombong. Tidak. Sebab tanda takut kepada Tuhan berimplikasi terhadap sikap hidup yang benar, tidak munafik atau berpura-pura sebaliknya menghormati pemimpin, mengasihi semua manusia, serta hidup jujur. Tidak takut dimaksud, tidak takut untuk memperlihatkan hidup setia dan patuh kepada Tuhan. Ada satu kesaksian mengenai hal ini. Ada seorang pertua, ia dipercayakan sebagai salah satu kepala bidang di tempatnya bekerja. Ia jujur, tidak mau neko-neko. Yang menarik dalam hidup pertua ini, dia tidak pernah takut menyatakan kepatuhannya kepada Tuhan dimana pun dia berada. Ketika ada pertemuan yang dilakukan pada hari Minggu, ia dengan berani dan berterus terang meminta ijin untuk beribadah kepada pimpinannya. Dan menurut kesaksian pertua ini, walaupun pimpinannya atau teman-temannya bukan beragama kristen namun mereka tidak pernah menghalanginya untuk beribadah, atau dengan sikapnya tersebut mempersulit karirnya. Mengapa? Karena memang pertua ini sungguh-sungguh beribadah. Jikalau 3 jam dibutuhkan untuk pergi pulang dan beribadah, ia benar-benar konsisten dengan waktu tersebut. Ia tidak memanfaatkan alasan beribadah dengan kegiatan lain.

(2) Benar bahwa manusia juga dapat menolong dan melindungi kita. Tetapi kuasanya sangat terbatas. Terlebih kita akan sering kecewa jikalau mengandalkan manusia. Itulah yang banyak terjadi sehingga ada keluarga yang tidak mengaku keluarga lagi, bahkan ada sahabat yang telah menjadi musuh, dsb. Tetapi tidak demikian dengan Tuhan. Perlindungannya sempurna. Pertolongannya tepat pada waktunya. Dan terlebih Ia mampu dan mau menolong kita apa pun persoalan hidup kita. Itulah yang disaksikan Daud dalam pembacaan kita, Mazmur 57:1-4. Yang perlu kita lakukan ialah takut akan Dia, dalam arti “erkemalangen” kepadaNya.

Pondok Gede, 28 Mei 2010
Pdt.S.Brahmana

--------------------------------
[1] Bd. Alkitab bahasa Karo
[2] Bd.Matius 12:22-31; Lukas 11:14-26
[3] Dr.H.Hadiwijono, Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986, hal.250

Jumat, 21 Mei 2010

Asseb-Khotbah Yoel 2:29-32, Minggu 23 Mei 2010 (Pentakosta I)

Thema:
ROH KUDUS MEMBAHARUI KEHIDUPAN MANUSIA
(Kesah si Badia mpelimbarui kegeluhen manusia)

Introitus: Yehezkiel 43:5; Ibrani 8:8-13
Khotbah: Yoel 2:28-32


Pendahuluan
Ada banyak jenis ular. Ada ular yang berbisa, ada juga yang tidak berbisa. Ada ular pohon. Ular tanah. Dan juga ular air. Tetapi, dari perbedaan-perbedaan yang dimiliki ular-ular itu, mereka memiliki satu kesamaan. Persamaannya ialah bahwa setiap ular, pada periode tertentu akan berganti kulit. Pada saat ular berganti kulit, ular akan pergi ke tempat sunyi, yang dianggap aman selama proses itu dialami. Ditempat yang dianggap aman tersebut ular tidak melakukan aktivitas selain berdiam diri, bagaikan orang yang bertapa atau bermeditasi.

Ketika mereka selesai bermeditasi itulah bagian epidermis dari kulit-kulitnya terkelupas, sedangkan bagian dermis didalam tubuhnya naik kepermukan menjadi epidermis yang baru. Mengapa ular mengganti kulit? Ilmu pengetahuan menjelaskan bahwa salah satu fungsi pergantian kulit bagi ular adalah demi mengakomodasi kebutuhan tubuhnya untuk tumbuh membesar. Jadi, ular yang berganti kulit itu tengah tumbuh untuk menjadi ular yang lebih besar, dan lebih matang. Ini berarti bahwa ular 'merencanakan' sesuatu untuk proses pertumbuhannya selama satu periode kedepan hingga tiba saatnya bagi dia untuk kembali berganti kulit.

Tetapi walaupun ular selalu berganti kulit, dan tambah membesar tetapi sifat dasarnya tetap ular yang diganti hanya kulitnya. Dengan demikian tentunya tidak sama dengan apa yang disebut manusia baru. Manusia baru yang disebut Petrus adalah manusia yang tetap manusia, seperti ular yang berganti kulit tetap ular, namun perbedaannya manusia baru adalah manusia yang sifat dasarnya telah diubahkan oleh pekerjaan Roh Kudus yang dicurahkan kepada manusia sehingga yang sebelumnya tidak mengenal Allah menjadi mengenal Allah, yang sebelumnya hidup menuruti keinginan daging[1] kini hidup menurut keinginan Roh yakni hidup yang berkenan kepada Allah, hidup yang sebaliknya dari keinginan daging.

Pendalaman Nas
Perikop kita adalah nubuatan nabi Yoel tentang TurunNya Roh Kudus ke atas semua manusia. Tidak berarti sebelumnya Roh Allah atau Roh Kudus belum pernah turun ke atas manusia. Dalam Perjanjian Lama (PL) Roh Kudus sudah diberikan kepada orang khusus dan pada kesempatan khusus untuk tugas khusus, seperti Musa, Elia, Elisa, dll. Dengan kata lain Roh Kudus yang diberikan bersifat terbatas hanya kepada orang-orang tertentu. Namun pada waktu yang ditetapkan, sebagaimana nubuatan nabi Yoel bahwa Roh Kudus tidak lagi terbatas kepada orang-orang tertentu saja, tetapi akan turun ke atas semua manusia tanpa terkecuali. Bila hal ini terjadi, maka akan terjadi perubahan yang sangat mencolok dalam kehidupan manusia. Jika sebelumnya perempuan, anak-anak, terlebih budak dipandang sangat rendah dalam kehidupan orang Israel, maka pada jaman yang dimaksud Yoel tidak lagi demikian. Semua orang sama di hadapan Allah[2]. Semua orang akan dapat berlaku seperti nabi yakni mempunyai hubungan yang dekat dengan Allah, mempunyai karunia bernubuat, karunia penglihatan dan bermimpi tentang segala sesuatu yang Allah hendak katakan, lakukan dan dilakukan.

Memang banyak nabi lainya yang telah berbicara tentang rencana Allah sehubungan dengan mencurahan Roh Kudus. Misalnya Yehezkiel 37:1-14, Yeremia 31:31-34 sehubungan dengan perjanjian baru. Tetapi tidak sejelas nabi Yoel, namun intinya sama yakni (1) upaya Allah untuk membangun suatu umat yang hidup sesuai dengan kehendak Allah; (2) bahwa tanpa Roh Kudus manusia tidak mampu mengerti dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Itu berarti kebinasaan.

Dan nubuatan Yoel ini digenapi pada waktu Hari Pentakosta, yakni hari ke 50 setelah kebangkitan Tuhan Yesus atau 10 hari setelah kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga, sekaligus juga dipahami sebagai peringatan bahwa hari Tuhan sudah dekat. Mengenai hal ini walaupun ada kecendrungan untuk memisahkan ayat 28-29 dengan ayat 30-32, namun perlu kita catat bahwa Petrus dalam Kisah Rasul 2:16-21 mengutif ayat 18-32 sebagai suatu kesatuan. Dan sebagaimana dikemukakan R.A.Cole[3] bahwa secara teologis hal ini benar. Roh Kudus dicurahkan agar murid-murid Yesus dapat melakukan tugasnya memberitakan Injil atau menjadi saksi mulai dari Yerusalem sampai ke seluruh dunia. Dan hal ini di dalam rangka “hari Tuhan sudah dekat”. Dalam ayat 30-32 disebutkan dengan jelas bagimana keadaan hari Tuhan tersebut. Isyarat diberikan sebagai tanda-tanda datangnya hari Tuhan adalah darah, api, asap dan kegelapan. Mengenai hal ini secara harafiah sering ipahami sebagai simbol bencana atau secara kiasan mengenai runtuhnya kekuasaan duniawi. Apa pun pemahamannya, mengenai “hari Tuhan sudah dekat” seharusnya membuat kita: (1) agar tidak lalai melakukan tugas panggilan kita memberitakan Injil, bahkan seharusnya mengingat hari Tuhan sudah dekat akan membuat kita lebih giat lagi; (2) apa pun yang terjadi tidak membuat kita kuatir atau takut sebab sebagaimana disebutkan dalam ayat 32 bahwa jika kita berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. Nama Tuhan yang dimaksud sudah pasti nama Yesus Kristus, sebab sebagaimana disebutkan dalam Kisah Rasul 4:12 bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan[4].

Pointer Aplikasi
(1) Nubuat nabi Yoel telah digenapi pada hari pentakosta, yakni hari yang ke 50 setelah hari Paskah atau hari ke 10 setelah Yesus naik ke Sorga. Disamping legitimasi kegenapan nubuat serta menyatakan bahwa apa yang telah dijanjikan Yesus kepada para muiridNya mengenai penolong sungguh benar adanya[5], turunnya Roh Kudus dalam rangka membaharui kehidupan manusia. Benar, tanpa pembaharuan yang dikerjakan Allah melalui kuasa Roh Kudus manusia tidak mampu mengerti dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Tidak akan mampu hidup kudus, adil dan benar. Hal itulah yang terjadi di dalam kehidupan bangsa Israel,umat Allah. Mereka sering tidak setia dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.

(2) Bagaimana agar kita dipenuhi Roh Kudus? Pertama, ingat Roh Kudus turun atas para murid ketika mereka sedang bersekutu. Berarti bersekutu itu sangat penting. Roh Kudus dicurahkan kepada mereka yang senantiasa bersekutu memuji dan memuliakan Tuhan. Kedua, tentunya yang paling utama jika kita membuang dosa-dosa kita dan membiarkan hidup kita dipimpin Roh Kudus.

(3) Apakah kita sudah dibaharui? Kita sungguh-sungguh telah dibaharui apa bila Roh Kudus tinggal di dalam kita. Tandanya seseorang dipenuhi Roh Kudus apa bila:
a. Berani memberitakan firman Tuhan (Kisah Para Rasul 4:8)
b. Mempunyai iman yang besar (kuat) (Kisah Para Rasul 11:24)
c. Penuh kuasa (Kisah Para Rasul 2:37-41)
d. Lebih mengerti kitab suci (Alkitab) (Kisah Para Rasul 2:14-36)
e. Berbuah Roh (Galatia 5 :22-23)

Pondok Gede, 21 Mei 2010
Pdt.S.Brahmana

----------------------------------
[1] Bd.Galatia 5:19-21
[2] Bd.Galatia 3:26-29
[3] R.A.Cole, Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleaki. Jakarta:Yayasan Kumunikasi Bina Kasih/OMF, 1991, hal.609
[4] Bd.Yohanes 14:14
[5] Yohanes 14:16

Jumat, 14 Mei 2010

Asseb-Khotbah Hakim-Hakim 10:10-16, Minggu 16 Mei 2010

Thema:
PILIHLAH SIAPA YANG HENDAK ENGKAU SEMBAH
(Pilihlah ise atendu si isembahndu)

Introitus: Lukas 8:25; Pembacaan : Matius 14:22-33
Khotbah: Hakim-hakim 10:10-16

Pendahuluan
Ada yang mengatakan bahwa hidup adalah pilihan. Bila demikian, janganlah salah pilih mengingat hidup yang singkat ini[1]. Janganlah karena mengejar sesuatu yang sifatnya tidak kekal, menyianyiakan kesempatan memperoleh hal yang kekal. Terlebih demi memperoleh yang tidak kekal tersebut, seperti kekayaan, harta, jabatan, rela memilih menyambah yang bukan Allah Yahwe di dalam Yesus Kristus. Benar pelihan menyembah Allah yang mana adalah hak setiap orang, itulah yang dipahami Yosua ketika ia mengatakan kepada bangsa Israel “pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini”[2]. Namun Yosua menegaskan pilihannya dan dia tidak salah pilih ketika ia mengatakan “tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" Yosua memilih beribadah kepada Allah tentu bukan asal pilih. Ia memilih menyembah Allah karena percaya kepada Allah nenek moyangnya Abraham, Ishak dan Yakub, bahwa Dialah Allah yang sesungguhnya, Allah yang telah memimpin mereka memasuki dan memiliki tanah Kanaan, Allah yang tetap eksis, apa yang telah dijanjikan akan digenapi yakni apabila setia dan menjalankan undang-undang Tuhan akan tetap sisertai dan diberkati, tetapi sebaliknya akan dimurkai.

Pendalaman Nas
Kalau kita memperhatikan kehidupan umat Allah sejak keluaran dari Mesir, kecendrungan alami mereka nampak sangat jelas bahwa setelah mengalami pembebesan, pertolongan, pemulihan adalah kemerosotan rohani. Dalam Hakim-hakim 10:10-16 yang menjadi perikop renungan kita menyaksikan hal ini. Memang secara jelasnya kita harus membaca seluruh Hakim-Hakim pasal 10. Disebutkan setelah Hakim Yair mati, bangsa Israel melakukan apa yang jahat dimata Tuhan. Mereka menyembah dewa Baal dan para Asytoret, kepada para allah orang Aram, para allah orang Sidon, para allah orang Moab, para allah bani Amon dan para allah orang Filisti[3]. Tidak disebutkan mengapa bangsa ini membuat pilihan demikian. Apakah tergoda karena menganggap bangsa lain lebih sukses, lebih sejahtera karena menyembah berhala?! Apapun alasannya yang jelas bangsa Israel telah melakukan apa yang jahat di mata Tuhan[4]. Akibanya sangat fatal. Allah murka kepada bangsa Israel sehingga membiarkan orang Filisten dan bani Amon berkuasa atas mereka. Dan hal ini berlangsung 18 tahun lamanya. Bukan hanya bangsa Israel yang ada di negeri orang Amori yang di Gilead di tindas dan di injak-injak. Dalam ayat 9 disebutkan bani Amon juga menyeberangi sungai Yordan untuk berperang melawan suku Yehuda, suku Benyamin dan keturunan Efraim, sehingga orang Israel sangat terdesak.
Akibat semua itu, bangsa Israel sungguh-sungguh menderita. Bisa kita bayangkan 18 tahun di tindas dan diinjak-injak. Seperti biasanya, setelah mengalami penderitaan demi penderitaan, bangsa Israel berseru meminta pertolongan Tuhan. Dan sungguh luar biasa, Allah masih berkenan memaafkan dan menolong mereka. Walaupun bangsa Israel sudah melakukan perbuatan yang sangat mendukakan hati Tuhan, yakni meneyembah ilah lain, namun ketika mereka berseru minta tolong dan diikuti sekap hidup yang bertobat, yakni membuang jauh-jauh allah asing yang telah mereka sembah Allah bertindak memberi pertolongan.

Pointer Aplikasi
(1) Pilihan untuk menyembah berhala yang dilakukan bangsa Israel ternyata bukan mendatangkan seperti yang diharapkan. Mungkin awalnya seolah hidup mereka lebih baik. Namun akhirnya tidak demikian. Itulah yang kita dapat pelajari dalam nas renungan kita. Hal ini bisa kita bandingkan dengan orang yang pergi kegunung kawi untuk mendapatkan jimat penglaris usahanya. Atau pergi kepada orang “pintar” yang dianggap mempunyai kemampuan untuk memenuhi keinginannya. Benar apa yang mereka harapkan mungkin terkabul. Usaha mereka sangat sukses. Namun konsekensi pilihan tersebut adalah mereka harus memberikan tumbal sesuai perjanjian. Apakah kemudian mereka berbahagia? Pengalaman membuktikan bahwa harta melimpah, atau kesuksesan duniawi ternyata tidak dapat memberikan kebahagiaan yang sesungguhnya ketika istri atau anak mereka satu persatu mengalami hal yang tidak diharapkan. Demikian juga bagi orang yang melakukan kejahatan, seperti mencuri, koropsi atau perbuatan jahat lainnya. Pilihan untuk melakukan hal tersebut mungkin ketika belum ketahuan memang memberikan kekayaan, kesenangan/kenikmatan namun ketika ketahuan dan berurusan dengan hukum sepertinya semua kekayaan yang dimiliki tidak ada artinya lagi. Disamping perasaan sangat malu juga penderitaan karena dihukum penjara. Bisa jadi perbuatan jahat mereka tidak ketahuan dan mereka terus melakukan kejahatan namun Tuhan pasti tahu. Dan Tuhan pasti memurkai orang yang hidup melakukan kejahatan. Dan akibatnya sudah pasti sangat fatal. Mungkin selama hidup di dunia ini kelihatannya normal-normal saja atau aman-aman saja, namun satu hal yang pasti jika tidak bertobat akan mengalami kebinasaan.

(2) Oleh karena itu, jangan salah pilih. Kalau saat ini ternyata kita sudah salah pilih dalam menyikapi masa depan kita, dimana demi menggapai kesuksesan kita bersedia menyembah berhala, maka saat ini berserulah minta pengampunan dan buanglah semuanya itu, Tuhan akan mengampuni dan akan menolong mengatasi segala persoalan hidup kita. Allah Yahwe dalam Yesus Kristus adalah Allah yang mempunyai kuasa melebihi kuasa apa pun di dunia ini. Sembahlah Dia, maka saudara akan disertai dan diberkati. Dan sebagaimana Firman Tuhan bahwa orang yang mengandalkan Dia tidak akan kecewa[5]. Sebab sesungguhnya rancangan Tuhan bagi kita adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan. KeinginanNya memberikan kepada kita masadepan yang penuh harapan. Sembahlah Dia.

Pondok Gede, 14 Mei 2010
Pdt.S.Brahmana

-----------------------------------------
[1] Bd. Mazmur 90:9-10
[2][2] Yosua 24:15
[3] Ayat 6
[4] Dalam Hukum Taurat yang ke 2 sangat jelas dan tegas disebutkan agar tidak menyembah berhala (Keluaran 20:3-6).
[5] Bd. Yesaya 58:11; Roma 5:5

Rabu, 12 Mei 2010

Asseb-Khotbah Lukas 24:44-53, Kamis, 13 Mei 2010-Kenaikan Yesus ke Sorga

Thema:
KUASA KENAIAKAN (Kuasa kenangkihen)


Introitus: Efesus 4:10; Pembacaan: Mazmur 110:1-7
Khotbah: Lukas 24:44-53

Pendahuluan
Lukas 24 mempunyai ayat yang cukup panjang. Ada 53 ayat. Dalam pasal 24 ini, Lukas menuliskan rangkaian cerita mulai kebangkitan Yesus sampai kenaikan. L.A.I. (Lembaga Alkitab Indonesia) membaginya dalam empat judul (1) Kenaikan Tuhan Yesus mulai dari ayat 1-12, (2) Yesus menampakkan diri di jalan ke Emaus ayat 13-35, (3) Yesus menampakkan diri kepada semua murid ayat 36-49 dan (4) Kenaikan Yesus ayat 50-53. Berarti perikop kita ada diantara dua judul. Setelah Yesus menampak-nampakkan diriNya selama 40 hari, barulah kemudian Yesus naik ke Sorga. Penampakan Yesus setelah ia bangkit sangat penting. Paling tidak ada 7 tujuan:
1. Menegaskan bahwa kebangkitan Yesus adalah nyata (Yohanes 20:14-16;Lukas 43:39-43)
2. Menegaskan bahwa Yesus yang bangkit adalah Yesus yang mati tersalib (Yohanes 20:27 )
3. Menjadi model untuk tubuh kebangkitan (1Korintus 15:35-44)
4. Memulihkan semangat dan membebat luka hati para murid (Yohanes 21:17)
5. Meluruskan pengharapan para murid (Lukas 24:21-27)
6. Memberikan pembaharuan kepada para murid (Yohanes 20:22-23)
7. Mempersiapkan para murid untuk menerima amanat Agung (Lukas 24:44-49)

Pendalaman Nas
Kalau kita perhatikan Lukas 24:44-53 ada tiga hal penting. Pertama, bahwa sebelum Yesus naik ke sorga, atau saat-saat Yesus akan naik ke sorga, Yesus memberikan tugas kepada para muridNya untuk menyaksikan segala sesuatu tentang Dia. Para murid kembali diberitahukan bahwa Dialah Mesias yang telah ditulis dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur[1]. Mesias yang menderita, mati di salibkan dan pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati. Semuanya ini dilakukan dalam rangka penyelamatan dan keselamatan bagi manusia. Dan mengenai semuanya ini para murid telah menyaksikannya. Oleh karena itu Yesus mengamanatkan agar sebagai murid-muridNya yang telah menyaksikan semuanya itu, setelah kepergiannya naik ke sorga agar memberitakan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa di dalamNya, dan ini dilakukan mulai dari Yerusalem. Mengapa dalam namaNya? Pertama, karena dalam namaNya (Yesus Kristus) ada kuasa menolong orang untuk menyesali dosa-dosanya dan bertobat[2]. Kedua, karena hanya dalam namaNya pengampunan dosa diberikan bagi siapa saja yang menyesali dosa-dosanya sehingga manusia boleh selamat. Dalam hal ini Lukas telah menegaskannya dalam Kisah Para Rasul 4:12 “bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia (Yesus Kristus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”. Demikian juga dalam Roma 10:13, Paulus mengatakan siapa yang berseru kepada nama Tuhan (Yesus) akan diselamatkan[3]. Kedua, bahwa Yesus menjanjikan penolong, yakni Roh Kudus. Yesus tahu bahwa tugas yang diberikan kepada para murid bukanlah pekerjaan yang mudah. Demikian juga Yesus sangat mengenal siapa murid-muridNya yang pernah meninggalkan, bahkan yang telah menyangkal mengenal Dia. Oleh karena itu Yesus belum mengijinkan mereka pergi keluar dari Yesusalem memberitakan Injil sebelum menerima Roh Kudus, karena mereka pasti gagal. Hal ini juga memberi pemahaman bagi kita pentingnya pimpinan Roh Kudus dalam memberitakan Injil. Harus kita tahu bahwa bagaimanapun pintarnya seseorang berkhotbah, berkata-kata menjelaskan kebenaran Firman Tuhan tetapi jikalau tidak dipimpin Roh Kudus dan jikalau Roh Kudus tidak bekerja di dalam diri orang tersebut tidak akan membawa pengaruh apa-apa yang membuat orang bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya. Roh Kudus[4] yang dijanjikan Yesus akan menolong para murid menjadi saksi di tengah-tengah dunia ini yang berani menyaksikan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruslamat, berani berkorban, berani hidup tampil beda, berani setia sampai mati demi namaNya, nama yang olehnya manusia diselamatkan[5]. Ketiga, Yesus memberkati murid-muridNya dan kemudian naik ke sorga (ayat 51). Disebutkan dalam ayat 32 bahwa murid-murid pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mengapa demikian? Bukankah biasanya perpisahan selalu mendatangkan kesedihan? Apa lagi perpisahan entah kapan baru bertemu kembali. Mereka sangat bersukacita, tidak lain karena mereka telah memiliki pemahaman dan iman yang benar tentang Yesus. Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga dipahami (1) bahwa benar Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu, di luar Dia tidak ada penyelamatan dan keselamatan; (2) Dengan kenaikan Yesus ke Sorga, Ia menyediakan tempat bagi orang beriman[6]; (3) Kenaikan Yesus ke Sorga memberi kesempatan dan peluang bagi orang percaya untuk menjadi saksi Yesus di dunia ini, setelah mendapat urapan dan curahan Roh Kudus.

Pointer Aplikasi
(1) Walaupun peringtan hari kenaikan Tuhan Yesus tidak semeriah hari Paskah dan Natal, namun hal ini tidak berarti bahwa peristiwa kenaikan Yesus ke Sorga kurang penting. Kenaikan Yesus ke surga adalah juga sangat penting bagi orang percaya sebagai legitimasi kebenaran pernyataan Yesus bahwa Dialah sungguh-sungguh Mesias itu, Dialah Juruslamat yang dijanjikan untuk menyelamatkan manusia. Di dalam Efesus 4:10 (introitus) menyebutkan bahwa Yesus bukan berasal dari dunia ini. Ia berasal dari Sorga sehingga apa yang dikatakan Yesus mengenai sorga sudah pasti benar adanya. Oleh karena itu ke naikan Yesus ke sorga seharusnya menjadi penghiburan serta jaminan kepada semua orang percaya bahwa (1) sorga itu benar-benar ada, (2) di sorga banyak tempat tinggal, (3) Yesus naik kesorga dalam rangka pentingan kita (menyiapkan tempat).

(2) Dengan demikian, implikasi kenaikan Tuhan Yesus bagi kita sebagai orang percaya, seharusnya (1) membuat kita semakin berani hidup tampil beda, dalam arti hidup sesuai dengan norma-norma kebenaran Firman Tuhan, (2) membuat kita tidak ragu apa lagi takut menjadi saksi Tuhan, (3) sebagai saksi Tuhan sudah pasti akan banyak tantangan yang kita hadapi[7] tetapi tidak membuat kita tawar hati sebab kita tahu bahwa kesukaran atau penderitan yang kita alami di dunia ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang kita akan alami di sorga nanti[8], terlebih Roh Kudus akan menyertai kita.

Pondok Gede, 11 Mei 2010
Pdt.S.Brahmana

----------------------------------------
[1] Bd. Mazmur 110:1-7 (pembacaan kita).
[2] Bd.Filipi 2:9-11
[3] Ayat ini kelanjutan dari Roma 10:9-12, oleh karena itu harus dipahami secara menyeluruh.
[4] Bd.Kisah Rasul 1:8
[5] Bd. Kisah Rasul 4:12
[6] Yohanes 14:1
[7] Bd. Yohanes 15:18-20
[8] Bd. Roma 8:18

Rabu, 05 Mei 2010

Asseb-Khotbah Bilangan 14:11-20, Minggu 9 Mei 2010

THEMA:
ALLAH MENDENGARKAN DAN MENJAWAB DOAKU
(Dibata megiken ras njabab pertotonku)

Introitus : Amsal 15:29; Pembcaan : 1 Timotius 2:1-7
Khotbah : Bilangan 14:11-20

Pendahuluan
Seorang anak sudah bekerja dan setiap gajian ia tidak lupa membagi gajinya (1) untuk orang tua , (2) gereja. Tetapi pada jaman moneter, perusahaan tempatnya bekerja sedang goyang akhirnya tutup. Otomatis pegawainya pun berhenti bekerja. Anak ini mendapat pesangon beberapa kali lipat dari gajinya. Sebagaimana biasanya, uang yang dia terima dibagi kepada orang tuanya dan gereja juga lebih besar dari biasanya. Kali ini ia mengirim uang kepada orang tuanya disertai surat yang isinya: “Nunga memble au nuae” (Saya sekarang sudah memble/saya sekarang tidak bekerja lagi), doakan saya. Orang tuanya di kampung tidak tahu apa maksud/arti “memble”, oleh karena mendapat kiriman uang jauh lebih bayak dari biasanya, orang tuanya menduga bahwa pekerjaan anaknya semakin lebih baik atau naik pangkat. Oleh karena itu pada waktu kebaktian keluarga ia meminta agar anaknya didoakan agar lebih “memble” lagi. Apakah doa itu dijawab Tuhan? Apakah yang kemudian terjadi? Tidak lama kemudian anak tersebut mendapat pekerjaan diperusahaan asing yang jauh lebih baik dari pekerjannya semula. Dari kesaksian ini. Apakah Tuhan menjawab doa yang diangkat pada kebaktian keluarga tersebut? Tuhan menjawab. Karena Tuhan lebih tahu apa arti doa kita dan bagaimana kesungguhan kita menyampaikan doa-doa kita. Dengan kata lain Tuhan bukan saja merespons kata-kata yang diucapkan, tetapi hati dan perbuatan kita.

Pendalaman Nas
Permohonan Musa didengarkan Tuhan. Itulah yang dikemukakan dalam perikop kita, Bilangan 14:11-20. Disebutkan dalam ayat 12, Allah menyampaikan keputusannya kepada Musa: Yang pertama, melenyapkan umat Israel dengan penyakit sampar. Alasan melakukan hal ini sangat jelas disebutkan dalam ayat 11. Bangsa Israel dianggap sudah tidak bisa lagi ditolirir. Mereka sungguh-sungguh tidak lagi memandang Allah sebagai Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Ketika mereka mendengar penjelasan para pengintai yang mendramatisir keadaan tanah Kanan yang dijanjikan Allah menjadi milik mereka, dengan mengatakan bahwa mereka tidak mungkin memiliki tanah kanaan tersebut karena penduduknya sangat kuat bahkan yang berdiam disana keturunan raksasa, mereka menjadi bersungut-sungut[1]. Dalam ayat 1 disebutkan mereka menangis semalaman, lalu menyalahkan Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Sebagai puncaknya, mereka menolak kepemimpinan Musa dan Harun berarti menolak Tuhan memimpin mereka, dengan mengatakan "Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir. Dan hal ini membuat Allah sangat murka. Dan memutuskan melenyapkan mereka. Kedua, membuat Musa dan keturunannya menjadi bangsa yang kuat melebihi bangsa Israel. Apakah Musa gembira mendengar keputusan Allah ini? Seharusnya ya, andaikan Musa berpikir egois, atau seperti koruptor-koruptor yang hanya tahu bagaimana memperkaya diri dengan menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk memperkaya diri walaupun perbuatan tersebut merugikan negara, merugikan masyarakat. Tetapi Musa tidak demikian. Ia tidak memanfatkan kesempatan yang ada demi keuntungan pribadinya dan keturunannya. Musa tidak setuju keputusan Tuhan. Musa memohon agar Tuhan membatalkan keputusanNya. Dan sungguh luar biasa, Allah mendengar permohonan Musa. Mengapa bisa demikian? Jawabannya sederhana. Karena (1) Musa orang benar. Dan sebagaimana disebutkan dalam Amsal 15:29 bahwa Tuhan mendengarkan doa orang benar[2]. Tanda bahwa Musa benar-benar orang benar nampak dari sikap hidupnya dan kepemimpinannya. Pertama, Musa pemaaf dan pengampun. Walaupun bangsa Israel berbuat yang tidak baik kepadanya, sampai mau melempari Musa dengan batu[3], tetapi ketika ada kesempatan membalas semua itu Musa tidak melakukannya, bahkan Musa mohon agar bangsa dipimpinnya tetap selamat. Kedua, Musa tidak mementingkan diri sendiri. Musa menolak kehendak Tuhan memusnahkan bangsa Israel dan menjadikannya suatu bangsa yang besar dan kuat. Hal ini sangat luarbiasa. Kebenaran dalam diri Musa teruji, bukan imitasi. Biasanya kelemahan manusia adalah menolak godaan menjadi populer, kaya, hebat dan semuanaya yang sangat didambakan manusia duniawi. Bahkan demi semuanya itu mau melakukan apa saja. (2) Musa berdoa dengan sungguh-sungguh dan tulus. Dua hal ini sangat berhubungan erat. Inilah rahasia doa musa didengarkan dan dikabulkan Tuhan. Perhatikanlah ayat 20. Tuhan menjawab doa Musa: "Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu”.

Pointer Aplikasi
(1) Semua orang percaya tentulah sangat berharap doanya di kabulkan Tuhan. Namun pertanyaannya, sudahkah doa-doa kita dijawab oleh Tuhan? Jika sudah, puji Tuhan. Jika belum, paling tidak ada 3 hal yang dapat kita lakukan. Pertama, teruslah bertekun dalam doa, sebab kadang doa belum dijawab Tuhan demi kebaikan kita. Kedua, perlu mengevaluasi ketulusan dan motivasi doa kita. Bila dirasa doa permohonan kita tidak beres atau cendrung mementingkan diri sendiri ubahlah itu. Bisa jadi Allah tidak menjawab doa kita karena demi kebaikan kita atau karena mengasihi kita[4]. Ketiga, sudahkah kita hidup benar? Ingat Tuhan tidak mendengar doa orang fasik, tetapi tidak demikian dengan orang benar sebagaimana disebutkan dalam introitus kita (Amsal 15:29)[5]. Ia mendengarkan doa orang yang dengan setia melakukan hukum-hukum Tuhan[6].

(2) Dalam pembacaan kita (1 Timotius 2:1-7) juga memperlihatkan bagaimana Paulus memahami pentingnya doa. Perhatikanlah ayat 1, Paulus pertama-tama memberi nasehat agar menaikkan doa syafaat untuk semua orang. Mengapa demikian? Alasanya disebutkan dalam ayat 2 yakni agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Demikian juga dalam bagian lain. Dalam Efesus 6:8, Paulus juga mengingatkan pentingnya berdoa senantiasa. Mengapa hal ini penting, paling tidak ada 2 alasan: (1) Sebab iblis belum pensiun. Benar iblis telah dikalahkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus. Namun ibarat singa walaupun ia sudah ompong tetapi masih bisa mengaum untuk menakuti orang. Demikian juga iblis, ia masih bisa menggoda dengan segala setrategi menjatuhkan anak-anak Tuhan. Dengan doa membuat anak-anak Tuhan tetap kuat. (2) Berdoa adalah jalan yang ditunjukkan Allah untuk menerima segala sesuatu; rahasia dari semua kegagalan yang kita alami di dalam hidup dan pekerjaan kita adalah karena melalaikan doa.

Pondok Gede, 4 Mei 2010
Pdt.S.Brahmana

----------------------------------------
[1] Baca selengkapnya Bilangan 13
[2] Bd. Yakobus 5:16
[3] Ayat 10
[4] Ada doa yang tidak dikabulkan Tuhan, karena mengasihi kita. Oleh karena itu jangan lantas kecewa atau bersungut-sungut bila doa tidak dikabulkan. Bahkan seharusnya kita bersyukur karena tidak setiap doa kita dikabulkan. Seperti cerita ini. Ada seorang bapak setiap kali naik pesawat dihinggapi perasaan takut yang sangat dalam. Mengapa demikian? Rupanya bapak ini pada waktu dikampung dahulu, ketika ia masih SMP, ia mempunyai tugas rutin menggembalakan kerbau. Hampir setiap sore, ketika sedang berada di atas punggung kerbau gembalaannya, selalu lewat melintas pesawat terbang. Ia tidak tahu darimana dan mau kemana pesawat tersebut. Akan tetapi bagi dia dan anak-anak dikampunya, saat-saat pesawat melintas diangkasa selalu menjadi kegembiraan, membawa harapan dan angan-angan. Demikian juga bapak ini. Ia mempunyai harapan, mempunyai keinginan setiap kali pesawat melints ia selalu berkata dalam hatinya, “oh, betapa bahagianya kalau aku nanti bisa naik pesawat terbang”. Ucapan itu selalu dilanjutkan dengan doa pribadi, seperti bisikan hati. “Tuhan, berilah aku kesempatan naik pesawat terbang sekali. Kalau aku naik pesawat terbang, satu kali saja, aku sudah puas. Sesudah itu, mati pun aku rela”. Itulah yang selalu diungkapkan, setiap pesawat terbang melintas di atasnya. Setelah tamat SMP, ia melanjutkan ke SMA. Dan tamat SMA ia merantau ke Riau, yang pada waktu itu sangat terkenal dengan perusahaan minyak di sana. Ia melamar kerja dan diterima sebagai pegawai ladang minyak (PT Caltex). Ia bekerja dengan rajin dan jujur sehingga ia memperoleh kedudukan yang lumanyan. Oleh karena tugas-tugasnya di perusahaan, ia harus pergi ke Jakarta minimal 2 kali dalam setahun, karena kantor pusat perusahaan ada di Jakarta. Oleh karena itu pula setiap kali ke Jakarta, ia tidak pernah merasa aman dan selalu risau mengingat doanya yang dahulu disampaiakan kepada Tuhan.
Demikianlah ketika besok ia harus pergi ke Jakarta menjalankan tugas, ia sangat risau, ia sangat kuatir. Jangan-jangan kali ini doa yang dahulu saya sampaikan di kampung benar-benar di kabulkan Tuhan, pikirnya. Akhirnya pada sore hari ia mendatangi pendetanya, setelah sebelumnya memberitahukan kedatangannya melalui telepon. Dengan terus terang bapak ini menyampaikan pergumulannya tersebut. Ia menceritakan pengalamannya waktu di kampung dahulu serta doa yang pernah disampaikan kepada Tuhan. Setelah menceritakan semuanya, ia mohon supaya pendeta berdoa agar Tuhan tidak mengingat doa itu. Mendengar cerita, serta merasakan bagaimana kekuatiran dan ketakutan bapak ini, sebelum berdoa pendeta menyatakan kebenaran Firman Tuhan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang Maha Pengasih. Ia tahu apa yang terbaik bagi anak-anaknya. Lebih lanjut pendeta ini mengemukakan bahwa ada 3 kemungkinan jawaban Tuhan atas doa kita. Pertama, boleh jadi Tuhan langsung memberikan jawaban doa kita pada saat itu juga. Kedua, mungkin juga apa yang kita minta dalam doa ditunda pemberiannya. Ketiga, doa kita benar-benar ditolak Tuhan, karena apa yang kita minta tidak sesuai dengan kebutuhan dan kehidupan kita menurut Allah. Dengan kata lain Allah menolak karena Tuhanlah yang paling tahu mana yang terbaik bagi kita. Karena itu kata pendeta melanjutkan bersyukurlah karena Tuhan tidak menjawab doa bapak itu. Terimakasih Tuhan Yesus, Engkau tidak menjawab doaku yang telah kusamapaikan dahulu, katatanya dengan tulus. Setelah berdoa, bapak tersebut pulang dengan sukacita (Kesaksian ini disadur dari buku: Berteologia di dalam Ilustrasi oleh Pdt.Dr.Darwin lumbantobing).
[5] Bd. Yakobus 5:16
[6] Amsal 28:9

Senin, 03 Mei 2010

Petir menggelegar di sekitar arena persidangan Sinide GBKP ke XXXIV, pertanda apa?”

MAKNA SUATU PERISTIWA
“Petir menggelegar di sekitar arena persidangan Sinide GBKP ke XXXIV, pertanda apa?”


Orang karo sebelum menjadi kristen memahami bahwa segala sesuatu peristiwa mengandung makna, baik positif maupun negatif. Misalnya mendengar bunyi burung gagak pada waktu malam dianggap suatu pertanda ada orang yang akan meninggal dunia, demikian juga bila ada kupu-kupu masuk ke dalam rumah dianggap akan kedatangan tamu, dsb. Saya pikir bukan hanya orang Karo mempunyai pemahaman demikian tetapi suku-suku yang lain juga, walupun kadang berbeda penafsiran. Bagaimana kita melihat hal tersebut dari persfektif Kristen? Apakah benar hal-hal demikian mengandung kebenaran? Benar tidaknya suatu peristiwa atau suatu kejadian membawa pesan sangatlah relatif demikian juga pemaknaannya serta respons dari pemaknaan suatu peristiwa atau kejadian tersebut tergantung dari sudut mana seseorang memahaminya. Sebagai orang kristen tentulah memahami segala sesuatu dari kebenaran Firman Tuhan. Bahwa Tuhan Juga memberikan peringatan-peringatan atau tanda-tanda kepada umatNya melalui berbagai-bagai kejadian atau peristiwa. Misalnya pada jaman nabi Elia. Terjadi peristiwa kemarau selama 3 tahun 6 bulan[1]. Hal ini dipahami sebagai wujud murka Allah akibat penyembahan berhala yang dilakukan umat Israel. Demikian dalam kitab Injil[2] disebutkan pada waktu Yesus di salib ada beberapa peristiwa terjadi, salah satunya tabir bait suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Apa makna dari kejadian ini? Kejadian ini dipahami sebagai terbukanya jalan ke hadiran Allah (bd. Ibrani 10:19-20). Kalau demikian, adakah makna dari suatu petir yang menggelegar sangat kuat menghantam sebuah pohon yang sangat dekat dengan jambur (kira-kira 10 meter sebelah kiri jambur) tempat berlangsungnya Sidang sinode GBKP ke XXXIV yang diselenggarakan mulai dari tanggal 11-18 April 2010 di Retreat Center Sukamakmur? Peristiwa tersebut sangat mengagetkan peserta sidang[3]. Memang tidak menelan korban jiwa. Hanya ada 3 orang pandu/panitia yang sempat pingsan, bahkan ada seorang diantaranya dimasukkan kedalam lumpur karena dianggap terkena petir[4], padahal sebenarnya tidak. Ia pingsan karena terkejut. Adakah makna dibalik petir tersebut? Terlebih peristiwa terjadinya petir tidak diikuti awan gelap atau hujan lebat. Boleh dikatakan cuaca pada waktu dalam keadaan kondusif. Saya tidak tahu apakah peserta sidang yang lain juga mempunyai pertanyaan itu di dalam hati. Paling tidak seorang peserta sidang utusan dari GBKP Majelis Jemaat Depok, Klasis Jakarta Bandung, Pt.Alex Ginting Suka mempertanyaan itu kepada saya setelah peserta sidang kembali tenang, dan kembali ketempat duduknya sebab akibat petir tersebut ada sejumlah peserta sidang meninggalkan tempat duduknya untuk melihat dari dekat bekas petir tersebut. Pertua ini bertanya kepada saya, apakah makna teologisnya kejadian tersebut. Ia menghubungkan bagaimana Tuhan menyatakan diri kepada Musa dan bangsa Israel pada jaman Musa yang di dahului petir. Sebelum saya menjawab, pertua ini memberikan pemahamannya bahwa peristiwa tersebut sebagai peringatan kepada peserta bahwa sidang sinode adalah sidang yang sangat penting, sidang yang membicarakan mengenai misi Allah di dunia ini oleh karena itu harus disikapi dengan serius dengan kekudusan berpikir, berkata-kata dan bersikap, sebagaimana Allah sang pemilik gereja adalah kudus. Benar pada jaman Musa, tepatnya pada waktu Musa dan umat Israel berada di Gunung Sinai, untuk dapat menghadap Allah mereka harus menguduskan diri selama 2 hari dan pada hari ketiga, diwaktu terbit fajar ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangka-kala sangat keras dan setelah itu Allah turun ke atas gunung sinai[5]. Menilik peristiwa ini, kilat (petir) dijadikan sarana mendahului kehadiran Allah. Demikian juga kalau kita baca Keluaran 20:18-26 disebutkan bahwa sebelum Allah berfirman didahului guruh mengguntur, kilat sambung-menyambung. Demikian juga dalam bagian lain kilat (petir) disebutkan sebagai alat ditangan Allah untuk menyatakan kemahakuasaanNya. Perhatikanlah Ayub 36:32; 37:3, 12; Mazmur 18:15; 77:19: 97:4; Yeremia 10:13; Wahyu 4:5; 11:19. Kalau demikian sangat tepat petir tersebut dimaknai secara positif bahwa Allah mengingatkan setiap anak-anak Tuhan yang bersidang dimanapun dan kapan pun, yang agendanya membicarakan misi Allah di dunia ini supaya dengan serius dan sungguh-sungguh, dengan tulus dan motivasi dan orientasi hanya bagi pujian dan kemuliaan Allah bukan demi kemuliaan dan pujian bagi diri peserta sidang. Hal ini tidak berarti peserta sinode tidak serius dan sungguh-sungguh, juga tidak berarti tidak kudus dalam berpikir, berkata-kata dan bersikap sehingga petir menggelegar di sekitar tempat persidangan sinode. Tulisan ini tidak bermaksud demikian. Tetapi mencoba memaknai peristiwa tersebut sebagai bentuk peringatan bahwa persidangan gerejawi itu sesungguhnya suatu persidangan yang sangat penting.

Karena peristiwa ini terjadi di saat sidang sinode yang merupakan persidangan tertinggi dimana semua utusan-utusan majelis jemaat GBKP dari semua penjuru dunia hadir, maka peristiwa yang mengagetkan tersebut juga mempunyai makna universal. Artinya makna “mengingatkan” bagi setiap orang percaya yang melakukan pertemuan/persidangan, baik tingkat klasis, majelis jemaat atau persidangan apa pun itu seperti rapat-rapat panitia agar mendasarinya dengan kekudusan. Kekudusan dalam pikiran, kekudusan dalam berkata-kata, kekudusan dalam bersikap, serta kekudusan dalam mengambil keputusan. Terlebih setelah sidang Sinode GBKP ke XXXIV, di tingkat Klasis[6] akan dilakukan sidang klasis dan salah satu agenda adalah pemilihan Badan Pengurus Klasis. Diharapkan agar dalam persidangan ini, walaupun ada kompetisi pemilihan Badan Pengurus Klasis periode 2010 s/d 2015 semua peserta sidang memahami kehadirannya sebagai hamba Tuhan yang datang bersidang sebagai orang yang telah dipercayakan Tuhan untuk membicarakan misi Allah di dunia ini melalui gerejaNya, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP). Dengan pemahaman ini semua keputusan sidang klasis dan juga siapapun yang terpilih menjadi BP Klasis semuanya bagi kemuliaan Allah.

Pondok Gede, 3 Mei 2010
Pdt.S.Brahmana

----------------------------------
[1] Yakobus 5:17
[2] Matius 27:51; Markus 15:38; Lukas 23:45
[3] Kejadian terjadi pada hari sabtu, 17 April 2010 sekitar jam 15.00 WIB
[4] Menurut pemahaman, saya tidak tau secara pasti tiori ini, bahwa apa bila ada orang yang disambar petir pertolongan pertama harus dilakukan mengubur orang tersebut.
[5] Keluaran 19:10-20
[6] Dalam Sidang Sinode ke XXXIV telah diputuskan Klasis Jakarta palembang menjadi dua klasis, maka sekarang ada 21 Klasis di seluruh pelayanan GBKP.

Sabtu, 01 Mei 2010

Pasca Sinode GBKP 11-18 April 2010

SIDANG SINODE GBKP KE DEPAN

Sidang sinode GBKP yang ke XXXIV yang dilaksanakan mulai tgl.11-18 April 2010 di Retreat Center Suka Makmur telah usai. Bagaimana pasca Sidang Sinode? Tentulah kita berharap Moderamen yang terpilih dapat memenuhi harapan jemaat GBKP yang diwakili utusan-utusan Majelis Jemaat yang hadir dalam Sidang Sinode GBKP ke XXXIV. Harapan itu bagaimana Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP dapat dijabarkan dan dijalankan, baik di tingkat Moderamen, klasis dan majelis jemaat. Walaupun finalisasi penyempurnaan GBP GBKP tidak sempat dibicarakan di dalam Peleno karena kekurangan waktu, namun harapan peserta sidang yang memutuskan memberikan mandat kepada ketua dan sekretaris kelompok ditambah satu orang mewakili setiap kelasis diharapkan tidak mengurangi kualitas yang dihasilkan sebagai produk Sidang Sinode[1]. Benar 8 hari bersidang sepertinya belum cukup, terlebih dengan jumlah peserta sidangan 769 orang. Ditambah lagi ada banyak peserta sidang yang baru pertama kali mengikuti persidangan sehingga hal ini sering membuat suatu diskusi lebih banyak membicaraken mengenai teknis dan lokal dari pada menyangkut kebijakan dari masalah-masalah yang dibicarakan. Mengenai hal ini ada baiknya dalam Tata Gereja yang akan dibahas pada Sidang Sinode tahun 2015 membicarakan mengenai hal ini. Peserta Sinode tidak perlu sebayak itu. Saya pikir tidak perlu lebih dari 500 orang sudah sangat bagus. Untuk itu dalam Tata Gereja Bab V Pasal 26 diamandemen demikian: (1) Peserta Sinode adalah (a) utusan majelis jemaat yang diwakili setiap klasis dengan rincian sebagai berikut: 1) Klasis yang beranggotakan s/d 10.000 sidi mengutus 7 orang; 2) Yang beranggotakan lebih 10.000 mengutus 10 orang. (b) Moderamen GBKP, (c) Bp.Klasis, dst. [2]

Cara rekuitmen mewakili klasis dapat dilakukan dengan 2 cara. Pertama dipilih dalam sidang klasis dengan catatan tidak boleh ada dua orang dari satu majelis jemaat. Kedua, dengan cara membagi majelis jemaat menjadi dua kategori. Kategori a (Majelis yang beranggotakan sampai dengan 500 sidi ) 40 % dari quota 7 atau 10 orang, dan b (Majelis yang beranggotakan lebih 500 sidi) 60 % dari qouta 7 atau 10 orang.

Demikian juga persidangan dapat dilakukan tidak lebih dari 5 hari. Hal ini dapat dilakukan dengan cara, bahan-bahan persidangan paing lambat 1 bulan sebelumnya telah sampai ke klasis-klasis dan Klasis membuat pertemuan dengan utusan majelis jemaat yang mewakili klasis bersama Bp.Klasis. Tugas mereka membahas dan mendalami laporan-laporan moderamen. Sehingga pada sidang Moderamen setelah ibadah pembukaan dan membahas acara sidang dan tata tertib persidangan langsung memasuki tanggapan yang disampaikan satu orang mewakili klasis-klasis sesuai temuan mereka dalam pembahasan yang telah dilakukan di klasis-klasis. Kemudian masuk ke dalam sidang klompok dan pleno, dst. Saya berpikir dengan cara ini tidak saja waktu dapat dipersingkat, dana dipangkas tetapi terlebih hasil dari sidang Sinode lebih berkualitas karena dihadiri oleh orang-orang yang sudah terlebih dahulu mempersiapkan diri dan menggumili materi-materi Sidang Sinode.

Selamat kepada pengurus Moderamen Periode 2010 s/d 2015.

Pondok Gede, 1 Mei 2010
Pdt.S.Brahmana

------------------------------
[1] Ada baiknya Moderamen mensosialisasikan Garis Besar Pelayanan GBKP 2010 s/d 2015 melalui Warta GBKP Maranatha.
[2] Sebagai gambaran: 21 Klasis (@ 10 orang/perkiraan tertinggi) = 210 orang, 21 BP Klasis (@ 9 orang) = 189 Orang, Moderamen = 11 orang, utusan kategorial = 8 orang, dll (seperti utusan Yayasan, Undangan, anggota komisi, pengurus konven, pengurus badan pelayanan dan usaha) = 10 orang. Jumlah keseluruhan = l/k 428 orang.