Sabtu, 12 Juni 2010

Asseb-Khotbah Yoel 2:8-29, Minggu 13 Juni 2010

Thema:
KALAHKAN PENDERITAANMU
(Taluken Kiniseranndu)

Introitus: Roma 8:18; Pembacaan: Yakobus 1:12-16
Khotbah: Yoel 2:8-29

Pendahuluan
Apakah kita adalah salah satu dari banyak orang yang mengalami penderitaan karena percaya kepada Yesus Kristus? Bila, ya puji Tuhan. Sebab menderita oleh karena hal tersebut sesungguhnya suatu berkat, suatu hal yang membanggakan. Perhatikanlah tokoh-tokoh besar dalam Alkitab dan sejarah gereja, seperti Stapanus, Paulus, Petrus, Polikarpus dan banyak lagi tokoh gereja sudah mengalaminya. Oleh karena itu bila saat ini kita sedang mengalaminya, tetaplah bertekun sebab Tuhan akan menolong kita dan terlebih hal yang sudah pasti bahwa apa pun penderitaan yang kita alami zaman sekarang ini oleh karena kita percaya kepada Yesus kristus tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Memang benar, siapakah yang ingin menderita? Yesus juga tidak. Ketika Ia di taman Getsemani, Yesus berdoa agar dilepaskan dari penderitaan. Itulah kemanusiaan kita. Namun kita bukan manusia biasa, kita manusia yang telah percaya kepada Yesus Kristus, yang telah dipersatukan kedalam kematian dan kebangkitanNya, berarti bersikap seperti Yesus. Yakni apa pun yang terjadi kita mengedepanakan kehendak Allah jadilah dalam hidup. Itulah akhir dari doa Yesus di taman Getsemane. Jadilah kehendakMu[1].

Pendalaman Nas
Perikop kita berbicara mengenai tidak 3 hal. Pertama mengenai hari Tuhan. Hari Tuhan digambarkan Yoel sebagai hari yang menakutkan dan menentukan. Kalau kita membaca mulai ayat 1-9 digambarkan sebagai kedatangan musuh yang sangat kuat, yang mengancam kehidupan manusia. Musuh tersebut seperti pahlawan yang terlatih, terorganisir, tidak mengenal takut menyerbu ke dalam kota, dan sampai kerumah-rumah seperti pencuri. Alam juga ikut jadi saksi kedahsyatan hari Tuhan tersebut. Dalam ayat 10 hal ini disebutkan: Bumi gemetar, langit bergoncang; matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya. Hal ini menyatakan bahwa hari Tuhan tersebut tidak ada yang dapat melawannya. Dalam Alkitab PL “Hari Tuhan” digunakan 19 kali[2] dan 4 kali dalam Alkitab PB[3]. Kalau diteliti bagian-bagian tersebut, “Hari Tuhan” sering kali mengandung makna kesegeraan dan pengharapan yang dihubungkan dengan penghakiman di akhir zaman. Atau dengan kata lain “Hari Tuhan” juga bermakna peringatan yang harus disikapi dengan sebaik-baiknya pada zamannya, khususnya dalam kontek Yoel. Kedua, mengenai sikap dalam menyikapi hari Tuhan. Dalam konteks Yoel “hari Tuhan” yang dasyat tersebut dikemukakan agar bangsa Israel segera bertobat, jika tidak akan dibinasakan. Seruan pertobatan ini jelas disebutkan dalam ayat 12-13. Pertobatan yang diminta bukan sekedar formalitas dengan meningkatkan semanagat peribadatan, persembahan. Bukan itu yang penting bagi Tuhan. Tapi hati. Ada kebiasaan orang israel untuk menunjukkan penyesalan atau pertobatan dengan mengoyakkan baju. Hal ini tidak cukup. Pengoyakan baju tanpa diikuti pengoyakan hati yakni penyesalan yang datang dari kesadaran akan dosa yang diperbuat tidak akan menghasilkan perubahan tingkah laku, sikap hidup. Jadi penyesalan dalam pertobatan harus nampak dalam sikap hidup, baik cara berpikir, berkata-kata dan tingkah laku. Rupanya penangkal kebinasaan akibat hari Tuhan hanya itu, tidak lain dari pertobatan. Ketiga, janji berkat dan penyertaan Tuhan. Dalam ayat 19-26, Allah membuka rahasia penderitaan umatNya (bangsa Israel). Mereka menjadi miskin tidak lain karena mereka berbuat dosa. Mereka hidup tidak mengandalkan Tuhan. Mereka tidak menyembah Tuhan dengan semestinya. Itulah sebabnya pasukan belalang datang memusnahkan tanaman mereka. Apa bila mereka bertobat, Tuhan berjanji akan memulihkan keadaan mereka. Mereka tidak akan miskin lagi. Disamping itu Allah pun berjanji akan mencurahkan Roh Kudus kepada umatNya. Roh Kudus berfungsi menjadi penolong agar umatNya mengerti kehendak Allah dan hidup sesuai dengan kehendak Allah.

Pointer Aplikasi
(1) Ada yang menyatakan bahwa kita sudah memasuki masa akhir zaman. Terlepas kita setuju atau tidak, tidak masalah. Yang penting bagaimana kita tetap setia kepada Tuhan, hidup dalam pertobatan. Memang kalau kita membaca Matius 24:5-8, demikian juga 2 Timotius 3:1-9; lihat juga 2 Tesalonika 2:3 tanda-tanda akhir zaman sepertinya sudah nyata. Benar kita sudah memasuki “masa yang sukar” disebabkan bertambahnya kejahatan manusia dan orang-orang yang melawan kebenaran secara aktif. Jujur saja, bukankah saat ini sangat sulit hidup dengan sungguh-sungguh menerapkan prinsip kejujuran, kebenaran dan keadilan? Dan sepertinya lebih senang atau nyaman hidup dengan memakai topeng kemunafikan. Ada yang mengatakan kalau kita mau hidup tetap eksis, ya hidup munafik. Saya pernah mendengar ada orang yang mengatakan demikian. Sianu itu, sekarang tidak lagi punya jabatan apa-apa dan tidak punya apa-apa karena dia terlalu kaku menjalankan agamanya. Maksud dari ungkapan ini jelas, bahwa beragama dan menjalankan agama harusnya disesuaikan dengan tren yang berkembang walaupun itu bertentangan dengan nilai-nilai agama/prinsip agama yang dianut. Dengan kata lain lebih takut kepada manusia, kepada jabatan, harta dari pada Tuhan. Mengenai hal ini sangat jelas disebutkan dalam Firman Tuhan. Pertama, kemunafikan sangat dibenci Tuhan[4]. Kedua, agar kita lebih takut kepada Tuhan yang tidak hanya berkuasa membunuh tuhuh/jiwa tetapi juga membuangnya ke dalam neraka[5]. Dan ingat juga Firman Tuhan ini. “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya” (Matius 16:26).

(2) Mungkin saat ini kita adalah orang yang sedang mengalami penderitaan karena hidup menurut prinsip kebenaran Firman Tuhan. Thema kita Minggu ini, kalahkanlah penderitaanmu. Bagaimana mengalahkannya? Kita dapat mengalahkannya atau tidak tergantung cara pandang kita terhadap penderitaan yang dialami. Jakobus dalam pembacaan kita memberikan tips untuk mengalahkan penderitaan yang dialami agar tidak bersungut-sunggut kepada Tuhan atau menyalahkan nasib/takdir atau orang lain, yakni dengan memahami bahwa penderitaan tersebut sebagai ujian. Bukankah emas juga diuji kemurniannya dengan api? Bukankah iman kita lebih tinggi nilainya dibanding dengan emas yang fana?[6]

Pondok Gede, 11 Juni 2010
Pdt.S.Brahmana

---------------------------------
[1] Matius 26:42
[2] Yesaya 2:12; 13:6, 9; Yehezkiel 13:5; 30:3; Yoel 1:15, 2:1,11, 31; 3:14; Amos 5:18, 20; Obaja 15, Zefanya 1:7-14; Zakharia 14:1; Maleakhi 4:5
[3] dan empat kali dalam Perjanjian Baru (Kisah 2:20; 2 Tesalonika 2:2; 2 Petrus 3:10). Hal ini juga disinggung dalam bagian-bagian lainnya (Wahyu 6:17; 16:14)
[4] Bd.Matius 23:13-29
[5] Bd.Matius 10:28
[6] Bd. 1 Petrus 1:7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar