Kamis, 29 April 2010

Asseb-Khotbah 2 Korintus 4:13-18, Minggu 2 Mei 2010

Thema:
AKU PERCAYA, SEBAB ITU AKU BERKATA-KATA
(Adi enggo tek ngeranalah).
Introitus: Yeremia 20:9; Pembacaan: Mazmur 66:16-20
Khotbah: 2 Korintus 4:13-18
Pendahuluan
Jatuh cinta dalam hati putus dalam hati. Saya tidak tahu apakah ketika kita muda dahulu atau permata (pemuda/i) yang hadir saat ini pernah mengalami hal tersebut. Ketika melihat lawan jenisnya yang cakep ia merasa tertarik dan sangat tertarik, ia jatuh cinta dan cinta banget. Sampai dirumah atau tempat kosan selalu terbayang dan terbayang. Persis seperti lagu Mia ahmad Dani atau Riki Ricardo. Dimanapun ada kamu. Didompetku ada kamu, di gulingku ada kamu. Ketika aku baca buku nampak gambarmu, dst. Inilah gejala jatuh cinta. Namun karena tidak pernah dikemukakan, atau tidak berani mengatakannya, akhirnya lama kelamaan ia terpaksa memutuskannya/putus dalam hati. Ungkapan ini mengingatkan, pada satu sisi agar orang muda/permata bila merasa suka terhadap lawan jenisnya nyatakanlah. Cari waktu yang tepat tetapi jangan berlama-lama sebab bisa-bisa diahului orang. Jangan menyerah sebelum berusaha. Nyatakanlah ketertarikan anda, nyatakalah bahwa anda suka dan serius kepadanya, lalu sebagi orang percaya serahkan kepada Tuhan. Kalau pernyataan cinta disambut puji Tuhan, namun jikalau pun tidak katakanlah haleluya. Sebab Tuhan pasti telah menyiapkan jodoh yang terbaik bagi anda. Demikian juga mengenai percaya kepada Tuhan. Banar Tuhan mengetahui isi hati, namun kepercayaan tersebut harus dibuktikan dengan berkata-kata, dengan menceritakan atau menyaksikan Tuhan yang kita percayai tersebut. Anda tidak dapat mengatakan “aku percaya” tetapi tidak mengeluarkan pernyataan tentang apa yang anda percayai. Atau dengan kata lain, Iman yang sungguh dinyatakan dalam hal berkata-kata atau bersaksi.

Pendalama Nas
Kalau kita baca 2 Korintus 4 secara keseluruhan memperlihatkan semangat paulus yang tidak pernah padam dalam memperkatakan Firman Tuhan atau bersaksi tentang Yesus Kristus yang adalah Tuhan dan Juruslamat. Tersirat ada dua hal yang sering membuat saksi Tuhan tidak dapat melakukan tugas panggilannya dengan baik. Pertama, keinginan untuk memperoleh pujian (popularitas), keuntungan duniawi dari pekerjaan sebagai pemberita Injil. Mungkin awalnya tidak demikian, motivasinya sungguh-sungguh murni, namun karena “keadaan” akhirnya terkontaminasi. Hal inilah yang disoroti Paulus dalam ayat 2. Orang yang demikian akan menyembunyikan kebenaran Tuhan agar tidak menyinggung perasaan “jemaat yang kaya atau jemaat yang berpengaruh” sehingga mereka tetap sebagai donatur/penyandang dana dalam melakukan pelayanan. Paulus mengatakan bahwa hal ini perbuatan yang licik, yang memalsukan Firman Tuhan (menerapkan secara salah) demi popularitas, demi keuntungan duniawi[1]. Hal ini memang sangat relatif. Bisa saja orang salah menduga. Sebagaimana juga pernah dituduhkan kepada Paulus[2]. Namun, agar kita tidak terjebak kepada saling menghakimi baiklah kita berpedoman kepada Firman Tuhan yang dikatakan Yesus bahwa “dari buahnya kita akan mengenal mereka”[3]. Kedua, penganiayaan. Penganiayaan dapat membuat tawar hati. Dapat membuat orang menarik diri memperkatakan Firman Tuhan atau melakukan pelayanan dengan sungguh-sungguh. Tetapi Paulus tidak demikian. Paulus melayani Tuhan dengan setia, dengan penuh semangat sampai akhir hidupnya. Mengapa bisa demikian? Pertama, karena Paulus memiliki pemahaman yang benar tentang Kristus. Kedua, Paulus memiliki roh iman yang sama dengan Daud[4]. Dan kedua hal ini saling berhubungan dan saling menyempurnakan seseorang untuk tetap setia seperti Paulus. Pemahaman yang benar tanpa disemangati oleh roh iman tidak akan mendorong seseorang untuk menjadi saksi yang setia, demikian juga roh iman yang dimiliki tanpa pemahaman yang benar tidak akan dapat bertahan lama. Dan hal ini benar. Ada orang yang baru bertobat mempunyai kesaksian luar biasa, sehingga banyak orang yang tertarik. Ia pergi kesana kemari untuk bersaksi. Banyak orang yang dikuatkan oleh kesaksiannya, bahkan bertobat. Tetapi tidak lama kemudian ia menjadi redup, bahkan “motivasinya” kemudian diragukan atau tidak jelas. Paulus tidak demikian. Paulus memiliki keduanya. Pemahamannya tentang Yesus Kristus sangat dalam. Perhatikanlah ayat 14. Dalam ayat ini Paulus memahami bahwa orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus Kristus akan mendapat bagian dalam kebangkitan yang mulia itu[5]. Pengharapan akan kebangkitan itulah yang menguatkan Paulus dan teman-temannya untuk tetap setia memberitakan Injil walaupun mereka sedang menghadapi berbagai penderitaan karena Kristus.

Dalam ayat 15, kita juga menemukan sesuatu yang sangat berbeda dengan pemahaman umum, bahwa kekuatan kesaksian tidak selalu melalui demonstrasi mujizat seperti kesembuhan, pengusiran setan di dalam nama Yesus Kristus, tetapi juga melalui kesaksian hidup yang tetap setia walaupun mengalami penderitaan, seperti apa yang kemukakan Paulus dalam ayat 8-11. “Sebab itu”, kata Paulus dalam ayat 16, kami tidak tawar hati. Alasan tidak tawar hati kembali diulangi bahkan diperjelas dalam ayat 16-18. Pertama, walupun keadaan mereka secara jasmaniah menjadi lelah dan lemah karena penderitaan dan pekerjaan mereka, namun keadaan batin mereka, yaitu jiwa dan roh mereka dibaharui oleh Tuhan hari lepas hari. Kedua, bahwa penderitaan yang dialami tersebut ringan dan hanya seketika lamanya, lagi pula kesukaran itu mendatangkan kemuliaan yang kekal[6]. Ketiga, orientasi hidup mereka bukan lagi hal duniawi, tetapi hal sorgawi. Benar selagi hidup di dunia ini hal-hal duniawi juga penting, tetapi bagi orang percaya itu bukan hal yang terpenting (primer), sebab semuanya yang kelihatan (duniawi) hanya sementara, tidak kekal, tetapi yang tidak kelihatan (surga) adalah kekal.

Pointer Aplikasi
(1) Tahun-tahun 70-80-an di GBKP masih jarang sekali orang yang mau masuk sekolah pendeta. Kalaupun ada anak jemaat yang mau biasanya dianggap bodoh. Terlebih apa bila anak mereka mempunyai prestasi di sekolah. Mengapa? Karena dianggap menjadi pendeta tidak punya masadepan yang baik. Saya masih ingat benar, awal tahun 1985 ketika pertama kali saya sampaikan kepada orang tua bahwa saya mau jadi pendeta. Orang tua sepontan menanggapi dengan marah bahwa saya bodoh dan gila terlebih pada waktu itu tidak lama lagi saya akan tamat Sekolah Pertanian Memengah Atas (SPMA). Pada waktu itu tamatan SPMA tidak sulit mendapat pekerjaan. Demikian juga kehidupan Paulus. Menurut pikiran dunia, pastilah kehidupan Paulus dianggap sia-sia. Mereka menyanyangkan seorang yang terpelajar, seorang Farisi, pemimpin orang-orang Yahudi dan Anggota Mahkamah Agung meninggalkan semuanya itu untuk mengikut seorang yang menurut mereka hina yang mati di salib dan akhirnya ia sendiri mati syahid karena-Nya. Namun pikiran Paulus berbeda dengan pemikiran duniawi. Yang mulia dan indah bagi Paulus berlawanan dengan yang indah dan mulia bagi dunia ini (ayat 18). Bagaimana dengan kita?

(2) Apakah kita seorang yang beriman? Jawaban kita akan diuji melalui: Pertama, semangat kita dalam menyaksikan perbuatan Tuhan Yesus dalam hidup kita, baik melalui perkataan maupun sikap hidup kita. Pemazmur dalam pembacaan kita (Mazmur 66:16-20) adalah orang yang beriman, ia sangat proaktif untuk menceritakan apa yang telah dilakukan Tuhan dalam hidupnya. Demikian juga yang terjadi pada Yeremia (Yeremia 20:9), ia tidak bisa berhenti berkata-kata tentang kebenaran Firman Tuhan. Kedua, orientasi hidup kita. Kita memusatkan pikiran kita kepada sasaran apa. Kepada yang kelihatan atau yang tidak kelihatan? Kepada kemegahan, kekayaan, kesenangan dan kemasyuran dunia ini atau ke surga, tempat kebahagiaan yang kekal?
Pondok Gede, 29 April 2010
Pdt.S.Brahmana

------------------------------
[1] Bd.2 Korintus 2:17
[2] Bd.2 Korintus 12:16-18
[3] Matius 7:16-20; Matius 12: 33.
[4] Ungkapan “Aku percaya, sebab itu aku berkata-kata”, dikutip Paulus dalam Mazmur 116:10
[5] Bd. 1 Korintus 15:51-54; 1 Tesalonika 4:14-17
[6] Bd. Yakobus 1:2, 12; Roma 8:18

Senin, 26 April 2010

Paskah GBKP Pondok Gede Tahun 2010

PASKAH GBKP PONDOK GEDE TAHUN 2010
“Warna-warni Telur Paskah”
Rangkaian perayaan paskah GBKP Pondok Gede terdiri dari kebaktian Jumat Agung yang diadakan tanggal 2 April 2010 pada pukul 15.00 WIB dengan tema "Persan Kayu Persilang E " (Lukas 23:26-32) dan Kebaktian paskah diadakan hari Minggu tanggal 4 April 2010 pukul 05.00 WIB. Kedua Kebaktian ini diadakan dengan waktu yang disesuaikan Kejadian sewaktu Tuhan Yesus disalibkan pada hari Jumat dan Kebangkitan Tuhan Yesus pada hari ketiga di pagi hari/ subuh. Dan panitia Paskah dipercayakan kepada Moria. Pengurus Moria sepakat yang menjadi ketua Panitia Paskah tahun 2010: Elyana Sri Ulina br Kembaren (Nd.Lyka Bangun), sekretaris: Linni Marlina Br.Sitepu dan bendahara: Ginta Suzana Br.Sitepu (N.Ame).

Tahun ini kali kedua kebaktian Jumat Agung dilaksanakan pada jam 15.00 WIB dimana sebelumnya selalu dilaksanakan pada jam 09.00 WIB. Tidak demikian dengan Paskah. Kebaktian dan perayaan Paskah sudah sejak lama dilaksanakan pada waktu subuh. Dan sungguh ajaib, walaupun kebaktian dan perayaan paskah diadakan pagi-pagi sekali tepat pukul 05.00 WIB, tidak membuat jemaat enggan datang ke Gereja. Jemaat yang hadir mengikuti kebaktian Jumat Agung dan Paskah ada 750 orang tidak termasuk anak-anak. Dengan semangat dan penuh sukacita jemaat datang beribadah untuk mendengar berita kebangkitan Tuhan Yesus. Beberapa persembahan pujian dan sebuah fragmen tentang kebangkitan Yesus diambil dari Matius 28:1-10 yang diperankan oleh moria GBKP Pondok Gede, semakin menambah sukacita kebaktian paskah tersebut. Demikian juga Firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt. S. Brahmana, S.Th.,MA, dengan tema “Yesus Telah Bangkit dari Kematian” memberi pencerahan kepada jemaat mengenai arti dan makna Paskah. Dalam mengakhiri khotbahnya, Pendeta yang ditugaskan di GBKP Pondok Gede Juni 2008 ini mengemukakan 3 hal sebagai pointer aplikasi. Pertama, bahwa Kubur yang kosong adalah sukacita bagi setiap orang yang percaya. Mayat Yesus bukan dicuri orang, bukan pula ketika dikuburkan Yesus hanya mati suri sehingga ketika diletakkan dalam kuburan yang dingin tersebut Dia sadar lalu keluar, juga bukan karena cintanya para murid terhadap guru mereka sehingga berhalusinasi bahwa Yesus telah bangkit sebagaimana dikemukakan mereka yang dipakai oleh Iblis untuk melogikakan penyangkalan mereka bahwa Yesus benar-benar tidak bangkit, tidak, tetapi memang Yesus benar-benar bangkit. Kedua, bahwa arti dan makna Paskah bagi kita orang percaya sangat penting. Sebab (1) tanpa kebangkitan iman kristen tidak akan ada. Salib akan kelihatan menyedihkan dan memalukan sebagai akhir hidup Yesus. Oleh karena itu kekristenan mula-mula sangat bergantung kepada kepercayaan murid-murid bahwa Yesus telah bangkit dari kematian, (2) Kebangkitan Yesus mendatangkan hidup baru (Rom. 6:7; 1 Kor.6:14; 2 Kor. 4:14), (3) Kebangkitan adalah jaminan atas segala pengharapan kita (1 Kor. 15:17-23). Ketiga, pengakuan bahwa Yesus telah bangkit berarti hidup kita adalah paskah, hidup yang telah melewati kematian kekal, berarti hidup baru, hidup yang bertobat, hidup yang bersaksi atau hidup yang menjalankan misi menyaksikan bahwa Yesuslah kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Yesus (Yoh.14:6).
Selesai Kebaktian Paskah, panitia membagikan telur paskah yang sudah dibungkus warna-warni kepada seluruh jemaat. Telur paskah bukan berarti untuk anak KA-KR saja, tetapi telur mendapatkan makna religius, yaitu sebagai simbol makam batu darimana Kristus keluar menyongsong hidup baru melalui Kebangkitan-Nya. Telur yang semula adalah lambang cikal bakal kehidupan diambil alih menjadi lambang bangkitnya kehidupan. Telur dijadikan lambang bahwa oleh kebangkitan kristus, hidup kita dimulai lagi secara baru untuk menjadi hidup yang bersemi dan berlimpah dan menjadi hidup yang lebih baik lagi..

Sementara telur Paskah dibagikan, Yanita Br.Sembiring (Nd.Berdine) sebagai seksi acara menjelaskan arti warna-warni yang membungkus telur paskah tersebut.
(1) Merah merupakan simbol dari warna darah Kristus.
1 Petrus 1:18-19 (Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.)
(2) Biru merupakan simbol warna birunya langit (surga).
Kejadian 1:11 (Mereka berkata, “Hai kamu orang Galilea, mengapa kamu berdiri menghadap ke langit? Yesus ini yang telah terangkat ke surga, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti halnya engkau melihat-Nya terangkat ke sorga.”)
(3) Hijau merupakan simbol warna daun.
Yohanes 12:13 (…mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!”)
(4) Perak merupakan simbol warna uang perak Yudas.
Matius 26:15 (Ia berkata, “Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu? Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya.)
(5) Coklat merupakan simbol warna kayu salib.
1 Petrus 2:24 (Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.)
(6) Hitam merupakan simbol warna paku.
Yohanes 20:25 (Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya, “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.”)
(7) Ungu merupakan simbol warna jubah Kristus.
Yohanes 19:23 (Sesudah prajurit-prahurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit. Satu bagian jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.)
(8) Merah gelap merupakan simbol warna anggur.
Markus 15:36 (Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam lalu mencucukkannya ke sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata, “Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia.”)
(9) Abu-abu merupakan simbol warna pintu kubur Kristus.
Markus 16:3 (Mereka berkata seorang kepada yang lain, “Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur?”)
(10) Putih merupakan simbol lenan, warna kain kafan Kristus.
Yohanes 19:40 (Mereka mengambil mayat Yesus, mengafaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.)
(sumber arti warna-warni telur paskah: http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=19&jd=Arti+Warna-warni+Telur+Paskah&dn=20080323020052. Akses 31 Maret 2010)

Pondok Gede, 4 April 2010
Panitia Paskah/Asbrahm

Jumat, 23 April 2010

Asseb-Khotbah Kirah Rasul 15:6-18, Minggu 25 April 2010

Thema:
BERSORAKLAH MENYAKSIKAN KEBENARAN TUHAN
(Ersuraklah nuriken kebenaren Dibata)
Introitus: Efesus 5:19; Pembacaan: Sepaya 3:14-20
Khotbah: Kisah Rasul 15:6-18
Pendahuluan
Pada tanggal 11-18 April 2010, di Retreat Center Suka Makmur sudah dilaksanakan sutu evant besar di tengah-tengah GBKP yakni Sidang Sinode. Banyak agenda yang dibicarakan seperti amandemen Tatagereja, membuat Garis-garis Besar pelayanan tahun 2010-2015, pemilihan Moderamen 2010 s/d 2015, dll. Sesuai Tata Gereja GBKP yang menjadi peserta adalah semua utusan Majelis[1] dan BP.Klasis, Moderamen serta undangan. Berbagai latarbelakang peserta sidang Sinode. Tetapi keberagaman latarbelakang tidak membuat tujuan persidangan tidak tercapai, walaupun dalam mengedepankan kebenaran kadang terjadi perdebatan dan pembahasan yang alot mengenai satu-satu hal. Hal ini dikarenakan pendekatan terhadap persoalan berangkat dari persepsi masing-masing yang kadang sangat subyektif dan lokal. Demikian juga keputusan-keputusan yang diambil mungkin saja tidak semua pihak merasa puas. Dan hal ini sangat wajar, khususnya dalam sistem demokrasi. Namun ketidakpuasan, atau bahkan kekecewaan karena tidak sesuai dengan idialisme yang diharapkan, tidak lantas membuat semangat pelayanan kendur. Berpikir dan berkehendak positif adalah suatu yang sangat penting menjadi landasar hidup sebagai orang yang telah berkomitmen untuk menjadi saksi Tuhan di tengah-tengah dunia ini, sehingga selalu ada sukacita, semangat, kemauan, dan perjuangan yang terus-menerus menyaksikan kebenaran Tuhan (sesuai dengan Firman Tuhan) dalam hidup kita.

Pendalaman Nas
Kisah Para Rasul ditulis oleh seorang tabib, yang bernama Lukas. Banyak hal yang dikisahkan dalam kitab ini, salah satu mengenai Sidang pertama orang Kristen di dunia ini yang menjadi perikop renungan kita.

Mendalami perikop kita (Kisah Rasul 15:6-18), ada baiknya kita membaca dari ayat 1-5 yang menjelaskan sebab musabab diadakannya Sidang di Yerusalem. Disebutkan beberapa orang dari Yudea datang ke Antiokia[2]. Tidak disebutkan siapa mereka ini, namun kemungkinan besar mereka berasal dari golongan Farisi yang terkenal itu[3]. Mereka sengaja datang untuk mengajarkan pokok pengajaran yang menurut mereka sangat penting yakni tentang sunat. Orang-orang kristen dari Yudea ini bukan tidak setuju adanya penerimaan jemaat Antiokia terhadap orang-orang kafir melalui baptisan. Mereka juga tidak menyangkal bahwa kuasa pengorbanan Yesus Kristus dalam mengampuni dosa, tetapi mereka yakin bahwa dengan jalan penyunatan, Kristus menganugrahkan keselamatan kepada orang percaya. Pengajaran ini tentu saja ditentang keras oleh Paulus dan Barnabas sehingga terjadi pertentangan yang mana jikalau hal ini berlarut dapat menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu ditetapkan agar Barnabas dan Paulus serta beberapa jemaat pergi ke pada rasul-rasul dan Penatua-Pednatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.

Dalam persidangan yang dilakukan rasul-rasul dan para penatua-penatua ternyata masalah ini tidak mudah diselesaikan. Kristen Yahudi tetap bersikeras bahwa orang-orang yang bukan Yahudi harus di sunat. Sementara paulus dan Barnabas juga bersikeras bahwa orang yang bukan Yahudi tidak harus disunat, karena keselamatan bukan karena sunat tetapi anugrah dalam percaya kepada Yesus Kristus. Mereka, sama-sama merasa benar. Kasus seperti inilah yang sering menyebabkan gereja mengalami perpecahan. Disinilah pentingnya suatu persidangan dan peran pemimpin persidangan, juga kedewasaan peserta sidang dalam menyikapi perbedaan pendapat. Sering persidangan menjadi kacau oleh karena masalah ini. Ketidak dewasaan peserta sidang, ketidak mampuan pemimpin persidangan untuk mengarahkan persidangan dan memberi pandangan serta keputusan yang tegas dan jelas. Tidak demikian persidangan di Yerusalem ini. Ada Petrus dan Yakobus yang walaupun orang-orang sederhana, tetapi dikaruniakan wibawa dan kemampuan untuk memberikan sulusi yang tepat dalam persoalan yang ada. Kemampuan ini tidak lain dikarenakan pemahaman yang benar mengenai Yesus Kristus yang tidak saja berdasarkan apa yang mereka tahu (litratur dan tradisi) tetapi apa yang mereka alami (pengalaman iman). Ada beberapa hal kebenaran yang dikemukakan Petrus. Pertama, bahwa Allah mengenal hati manusia (ayat 8). Oleh karena itu manusia tidak boleh asal bicara dan tidak boleh mengambil keputusan semata-mata berdasarkan benar menurut dia saja. Benar menurut kita tersebut harus terlebih dahulu diuji sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan dan juga tidak memutup mata terhadap kenyataan-kenyatan yang terjadi (kesaksian tentang perbuatan-perbuatan Allah yang membuat orang menjadi percaya). Kedua, Allah tidak membedakan orang (ayat 9). Semua manusia adalah sama[4]. Sama-sama manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Dan sama-sama dikasihi Allah di dalam Yesus Kristus. Bukti hal tersebut telah dialami Petrus sendiri dimana Kornelius yang adalah non Yahudi juga dikaruniakan Roh Kudus sama seperti mereka (murid-murid)[5]. Ketiga, manusia selamat hanya oleh karena kasih karunia[6] (ayat 11). Dan hal ini berlaku bagi semua orang. Tidak hanya bagi orang Yahudi tetapi juga bagi orang non Yahudi. Mengapa? Karena Syariat Taurat/upacara-upacara menurut taurat (kuk) tidak dapat dipikul oleh nenek moyang mereka dan mereka sendiri. Dengan menyatakan kebenaran ini, akhirnya Petrus mengingatkan peserta sidang agar jangan mencobai Tuhan oleh kebijakan manusia sendiri oleh peraturan-peraturan manusia.

Mendengar penjelasan Petrus peserta sidang terdiam dan mau mendengar Paulus dan Barnabas menceritakan mujizat yang di perbuatan Allah melalui perantaraan mereka ditengah-tengah bangsa-bangsa yang lain. Tidak hanya terdiam, mereka juga menerima saran Yakobus[7] sebagai kesepakatan yang menjadi pedoman bersama yakni (1) tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi mereka dari bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Allah, (2) menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala, dari percabulan, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari darah.
Pointer Aplikasi

(1) Tak dapat dipungkiri bahwa tidak ada gereja yang steril dari permasalahan. Demikian juga sehebat bagaimanapun seorang pendeta, Pertua/Diaken melayani dalam suatu jemaat pasti selalu ada yang pro dan kontra. Dan hal ini tidak membuat kita menjadi heran. Bukankah Yesus juga mengalami hal yang sama? Oleh karena itu kedewasaan jemaat menyikapi setiap persoalan sangat penting. Demikian juga menaruh rasa hormat kepada pemimpin dan menyakini bahwa mereka bukan kebetulan sebagai pemimpin melainkan oleh karena Tuhan memilih mereka menjadi pemimpin/hamba Tuhan juga sangat penting. Dengan sikap demikian apa pun persoalan pasti dapat diselesaikan dengan baik. Dan yang paling penting diingat, Tuhan sama sekali tidak mengkehendaki jemaatnya saling bermusuhan apa pun itu alasannya.

(2) Thema kita bersoraklah menyatakan kebenaran Allah. Benar, setiap orang kristen dipanggil untuk menyatakan kebenaran Allah dalam hidupnya. Inilah tugas yang melekat ketika seseorang mengaku percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya. Permasalahannya ialah sudahkah tugas ini dilakukan dengan sungguh-sungguh? Kata “bersoraklah” dapat juga dipahami sejajar dengan kata gembira, bersukacita, semangat, tanpa rasa takut menyatakan kebenaran. Dan hal ini terjadi dalam diri seseorang jikalau sungguh-sungguh telah merasakan kasih Allah dalam hidupnya[8]. Hal yang juga perlu dipahami bahwa kebenaran Allah itu bukan saja dinyatakan kepada orang lain (di luar kristen), tetapi juga ditengah-tengah kehidupan orang percaya. Sebagaimana disebutkan dalam Efesus 5:19 (introitus), kebenaran Allah itu telah dinyatakan jikalau jemaat hidup saling menghargai, saling menyapa dalam kasih dan saling mengasihi, saling mendorong untuk bersekutu beribadah dan memuji-muji Tuhan, saling membantu dalam kesusahan, bukan sebaliknya saling membenci, membiarkan perasaan dendam dalam hati, mencari-cari kesalahan orang lain khususnya orang yang kita anggap saingan, orang yang kita anggap tidak se-ide dengan kita.

Pondok Gede, 23 April 2010
Pdt.S.Brahmana

--------------------------

[1] Jumlah anggota Sidi kurang dari 500 orang mengutus satu orang, dan lebih dari 500 orang anggota sidi mengutus 2 orang.
[2] Kota Antiokia adalah sebuah kota terbesar di wilayah kekaisaran Romawi pada waktu itu. Dan di kota inilah untuk pertama kali murid-murid Yesus disebut Kristen (Kis.Rasul 11:26). Tidak itu saja, dalam perkembangannya kota Antiokia menjadi pusat penginjilan.
[3] Bd. ayat 5
[4] Bd.Galatia 3:28
[5] Kisah rasul 11:1-18
[6] Bd.Efesus 2:8-9
[7] Ayat 19-21
[8] Bd. Pembacaan kita (Zefanya 3:14-20). Nabi Zefanya mengajak umat Tuhan agar bersorak-sorai. Mengapa? Karena Tuhan telah menyatakan kebaikannya dengan menyingkirkan hukuman yang jatuh atas umatNya dengan menebas binasa musuh-musuh umatNya.

Jumat, 09 April 2010

Asseb-Khotbah Lukas 17:11-19, Minggu 18 April 2010

Thema:
MENGUCAP SYUKURLAH SEBAB TUHAN TELAH MENOLONG KITA
(Gejapken ras kataken bujur man Tuhan sinampati kita)
Introitus: Mazmur 26:3; Pembacaan: Ratapan/Perngandungen 3:22-26
Khotbah : Lukas 17:11-19

Ketika masih kuliah di STT Intim Ujung Pandang/Makasar tahun 1985, kebiasaan yang menurut saya sangat baik yang dilakukan atau tepatnya dipelihatkan teman-teman yang berasal dari Indonesia Timur ialah merayakan hari ulang tahun. Mereka merayakan HUT karena dorongan ucapan syukur terhadap Sang pemberi kehidupan yang masih berkenan menamabahkan lagi satu tahun usia. HUT secara umum, apakah kelahiran atau perkawinan adalah hal yang biasa. Semua orang berulang tahun, apakah dia seorang yang percaya atau tidak. Namun menurut saya, orang yang memahami bahwa HUT bukan semata-mata alamiah, tetapi pemberian Allah akan mendorong seseorang untuk mengucap syukur dan terus-menerus berusaha mengisi kehidupannya seturut dengan kehendak Allah. Dan apa lagi Allah sangat menyenangi ucapan syukur dari umatNya, itulah yang dikemukakan dalam Alkitab[1]. Dan dalam 2 Tawarik 32:25 disebutkan bahwa Yehuda dan Yerusalem ditimpa murka karena raja Hiskia tidak berterimakasih atas kebaikan Allah kepadanya. Dan secara implisit itulah yang juga di nyatakan dalam nats renungan kita "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu”.

Pendalaman Nas
Mengenai cerita kesepuluh orang kusta hanya terdapat dalam Lukas 17:11-19 perikop kita. Memang mengenai cerita Yesus menyembuhkan orang yang sakit kuasta juga terdapat dalam Lukas 5:12-13. Oleh karena itu, memang lebih tepat jikalau judul perikop ini adalah “Orang Samaria yang tahu berterimakasih” sebagaimana menurut Dr.J.B.Boland dalam Tafsiran Injil Lukas[2]. Alasannya jelas, bahwa dalam perikop ini Lukas tidak mengarahkannya kepada penyakit kuasta tersebut, tetapi mengenai sikap dari ke sepuluh orang yang telah sembuh dari penyakit kuastanya.

Sungguh tidak tahu untung. Ungkapan ini sangat tepat dialamatkan kepada sembilan orang yang telah sembuh dari pengakit kustanya yang tidak datang kembali untuk berterimakasih kepada Yesus yang telah menyembuhkannya. Dan ironisnya, satu orang yang datang kembali untuk berterimakasih kepada Yesus tidak lain adalah orang Samaria.

Sangat jelas dalam ayat 18 bahwa Yesus sangat menghargai sikap orang yang kembali datang kepada Yesus untuk berterimakasih yang disebut sebagai “orang asing” (Samaria) tersebut. Orang Samaria adalah orang campuran yang sudah keturunan. Hal ini terjadi akibat dari politik transmigrasi raja negeri Asyur[3]. Oleh karena itu orang Samaria dipandang hina oleh orang Yahudi dan tidak dianggap termasuk ke dalam ketujuhpuluh atau ketujuhpuluhdua bangsa yang menurut pandangan Yahudi mendiami dunia ini[4]. Walaupun demikian yang menarik dalam perikop kita, ternyata orang Yahudi dan orang Samaria yang tergabung dalam kelompok 10 orang yang terkena penyakit kuasta dapat menjadi sahabat yang baik. Kemalangan atau penderitaan yang mereka alami telah meruntuhkan segala batas-batas rasial dan nasional. Dalam kemalangan bersama karena berpenyakit kusta, mereka dapat melupakan asal-usul mereka, apakah mereka orang yahudi atau Samaria. Memang mereka benar-benar orang malang. Mereka dikucilkan dari masyarakat dan mereka dilarang untuk ikut serta dalam ibadat dan upacara-upacara ke agamaan. Sebab orang yang sakit kusta dianggap orang najis yang tidak boleh lagi berhubungan dengan Tuhan dan dengan sesama manusia[5]. Diskriminasi itu bukan saja disebabkan ketakutan penularan, tetapi juga terutama disebabkan agama dan adat[6]. Penyakit kusta sering dianggap sebagai hukuman Allah karena dosa-dosa tertentu.

Oleh karena itu kita dapat memaklumi betapa antuasiasnya mereka minta tolong agar Yesus menolong/menyembuhkan mereka. Walaupun hanya dari jauh mereka dapat meneriakkan keinginan mereka, namun Yesus mendengar dan sangat mendengar teriakan mereka. Dalam ayat 14 disebutkan Yesus memandang mereka lalu mengatakan sesuai dengan peraturan agama[7], yakni menyuruh mereka pergi kepada imam-imam untuk memperlihatkan bahwa mereka telah sembuh atau sehat kembali. Apa yang diperintahkan Yesus sepintas kelihatannya gampang, namun sesungguhnya tidak. Terlebih dalam posisi seperti ke sepuluh orang kusta tersebut. Bukankah mereka dikucilkan karena penyakit mereka dianggap berbahaya dan terlebih secara agamawi mereka dikelompokkan sebagai orang najis? Bagaimana mungkin dalam keadaan mereka yang najis dapat bertemu dengan imam yang suci? Namun ternyata iman mereka mengalahkan semuanya itu. Tanpa ragu, dan tanpa bersungut-sungut mereka percaya dan melakukan sebagaimana perintah Yesus. Dan sungguh luarbisa, terjadilah mujizat. Disebutkan ditengah jalan mereka semuanya menjadi sembuh.

Pastilah mereka sangat bersyukur karen telah sembuh. Namun disebutkan hanya satu orang ketika menyadari ia telah sembuh kembali kepada Yesus dan mengucap syukur. Dan orang tersebut ternyata adalah orang Samaria. Kita tidak tahu alasan apa yang menyebabkan ke sembilan orag yang juga telah disembuhkan tidak kembali datang kepada Yesus dan mengucap syukur. Bisa jadi karena kegirangan yang sangat besar melupakan Yesus. Juga bisa jadi menganggap kesembuhan mereka sudah waktunya, kesembuhan mereka adalah kebetulan. Terlebih bukankah Yesus tidak melalukan apa-apa selain mengatakan pergilah perlihatkan dirimu kepada imam?. Namun apapun alasannya, mereka hanya sembuh tidak lebih dari itu. Berbeda dengan orang Samaria yang kembali datang mengucap syukur. Ia tidak hanya sembuh tetapi juga memperoleh keselamatan (ayat 19).

Pointer Aplikasi
(1) Tidak ada seorangpun yang tidak memperoleh kebaikan dan pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Terlebih sebagai orang percaya, kita mengamini bahwa kebaikan Tuhan yang spektakuler telah diberikan kepada kita yakni keselamnatan dalam Yesus Kristus. Masalahnya adalah sudahkah kita mengucap syukur dengan tulus?
(2) Melalui nas renungan kita minggu ini, kita diingatkan agar tidak bersikap seperti kesembilan orang yang telah disembuhka Yesus dari penyakit kuastanya, tetapi seperti seorang Samaria yang tahu mengucap syukur setelah menyadari bahwa penyakit kustanya telah disembuhkan oleh Tuhan Yesus, walaupun tidak secara langsung.
(3) Bagaimana kita mengucap syukur? Meneladani sikap orang Samaria tersebut, yang pertama: Memuliakan Allah (ayat 15). Dengan apa kita dapat membalas kebaikan Tuhan kepada kita (Mzm. 116:12)? Kita dapat membalasnya dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahkan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah (Roma 12:1). Dan selalu memuji Tuhan selagi kita hidup (Mazmur 150:6). Ke dua: Mengucap syukur dan merendahkan diri (ayat 16). Hendaklah kita mengucap syukur dalam segala keadaan (1 Tes. 5:18). Ke tiga: Memiliki iman (ayat 19). Tuhan Yesus mengatakan, "... imanmu telah menyelamatkan engkau." Ada berkat ganda yang diterima oleh orang ini yaitu kesembuhan dan keselamatan. Imanlah yang menyelamatkan kita. Iman yang timbul dari pendengaran oleh firman Kristus (Roma 10:17).

Pondpk Gede, 16 April 2010
Pdt.S.Brahmana
-----------------------------
[1] 1 Tesalonika 5:18; bd. Kejadian 8:
[2] Dr.B.J.Boland, Tafsiran Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996, hal.410
[3] 2 Raja-raja 17:24-41
[4] Dr.B.J.Boland, Ibid, hal.246
[5] Imamat 13:45-46
[6] Imamat 12 & 15
[7] Imamat 13 dan 14

Asseb-Khotbah 1 Yohanes 2:1-6, Minggu 11 April 2010

Thema:
YESUS PERANTARA KITA, PATUHLAH
(Jesus kap kelang-kelangta, patuhlah!)
Introitus: 1 Petrus 2:2; Pembacaan: Mazmur 8:2-7
Khotbah: 1 Yohanes 2:1-6
Pendahuluan
Sebagai orang yang menyatakan diri pengkut Yesus Kristus seharusnyalah juga hidup sama seperti Kristus telah hidup. Hal inilah yang ditekankan Yohanes dalam ayat 6. Bagimanakah Kristus telah hidup? Intinya selama 33 tahun Yesus hidup di dunia ini, Yesus tidak pernah melakukan apapun yang tidak sesuai dengan kehendak BapaNya, Yesus patuh walaupun tidak sesuai dengan kehendaknya sebagai manusia. Ia percaya, bahwa semua kehendak bapaNya adalah rancangan yang baik, bukan sebaliknya[1]. Memang hidup menurut teladan Yesus bukan hal yang mudah. Misalnya hidup melayani bukan dilayani, hidup mengasihi dan mengampuni bukan sebaliknya, terlebih berani mati demi menyaksikan kebenaran, keadilan dan kejujuran. Walaupun tidak mudah, namun hal itu dituntut dilakukan oleh setiap orang yang mengaku mengenal Tuhan atau yang menyatakan diri sebagai pengikut Kristus. Hal inilah yang mau dikemukakan Yohanes dalam renungan kita Minggu ini.

Pendalaman Nas
Mendalami perikop kita, 1 Yohanes 2:1-6, hal pertama yang kita temukan adalah bahwa Yohanes menyapa jemaat yang menjadi alamat suratnya sebagai anak-anakku. Hal ini bukan berarti Yohanes sok tua atau mau mengecilkan jemaat. Tidak. Disamping Yohanes memang benar-benar sudah tua[2], seorang pemimpin rohani seharusnya menempatkan dirinya sebagai bapa rohani bagi jemaatnya. Seorang bapa berarti melindungi, menjaga dan memberikan yang dibutuhkan anak-anaknya dalam hal ini masalah kerohanian. Seorang bapa juga seharusnya menjadi panutan dalam segala hal. Paulus mengatakan bahwa Timotius anak rohaninya dan dalam memberikan nasehat Paulus juga berani mengatakan agar mengikuti teladanNya.

Dengan nada kebapakan, Yohanes memberi nasehat agar setiap orang yang telah menyatakan diri mengenal Allah dan menjadi pengikut Kristus tidak lagi berbuat dosa. Dosa berimplikasi merusak persekutuan dan menggersangkan sukacita[3]. Lebih jauh dosa menggiring orang kepada maut (kematian kekal), sebab upah dosa adalah maut[4]. Namun adakah orang steril dari dosa? Tidak. Semua orang telah berbuat dosa. Walaupun telah mengenal dan menjadi pengikut Kristus kemungkinan jatuh ke dalam dosa masih selalu ada, sebab si iblis belum pensiun. Sebagaimana disebutkan dalam 1 Petrus 5:8, si iblis masih sangat aktif. Ia seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Yohanes memahami hal ini sebab dalam realita kehidupan terkadang orang menjadi lemah dan berbuat dosa. Oleh karena itu sebagai seorang bapa rohani Yohanes memberi penghiburan agar tidak berpikir negatif terhadap hal itu, seperti berpikir bahwa Allah tidak akan lagi mau memberi pengampun jika setelah menerima pengampunan kembali jatuh ke dalam dosa sehingga memutuskan untuk terus hidup dalam dosa. Kepalang sudah basah ya basah sekalian. Hal ini tidak benar. Menurut Yohanes pintu pengampunan masih terbuka lebar sebab ada Yesus yang adil sebagai pengantara kita dengan Bapa. Dialah yang telah datang kedunia ini sebagai pendamai untuk segala dosa kita, bukan kita saja tetapi siapa saja jikalau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamatnya dosanya diampuni. Namun pun demikian, hal ini tidak boleh disalahmengerti. Seolah dengan pemahaman ini kita tidak takut berbuat dosa karena ada Yesus sebagai pendamai. Tidak. Kata adil menekankan bahwa Allah mengampuni melalui cara yang sesuai dengan keadilan. Pengampunan tidaklah sama sekali menghilangkan hukuman yang dijatuhkan pengadilan dunia dan moral. Katakanlah dosa mencuri (korupsi), seperti yang ramai diberitakan saat ini. Benar kalau dia menyesal dan bertobat Allah mengampuni dosanya. Namun hukuman penjara yang ditetapkan sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan juga moral dari masyarakat tidak dapat dihindarkan. Terlebih yang perlu juga di ingat, benar bahwa kapan saja kita bertobat Allah menerima pertobatan kita, namun masalahnya masihkah kita mempunyai kesempatan bertobat? Menurut saya, cara kerja dosa dapat di analogikan seperti sarang spider (laba-laba). Ketika lalat terjebak dalam perangkap spider lalat tersebut tidak mudah untuk melepaskan diri, apa lagi spider tentu tidak tinggal diam ketika mangsanya telah terperangkap. Spider akan mengluarkan jaringnya untuk melilit dan melilit sehingga lalat tidak berdaya dan pada akhirnya mati dimangsa. Oleh karena itu mintalah senantiasa prtolongan Tuhan agar kita tidak berbuat dosa lagi.

Hal kedua yang dikemukakan dalam perikop kita adalah ketaatan. Bagi Yohanes siapapun dia yang mengaku menegenal Allah sah-sah saja, namun benar tidaknya pengakuan tersebut diuji dari sejauhmana ia menuruti perintah-perintah Tuhan. Hal ini ditekankan karena Yohanes memahami adanya suatu pengetahuan yang nyata menegenai Allah yang tidak menghasilkan ketaatan. Oleh karena itu ditegaskan Yohanes di sini bahwa pengenalan akan Allah hanya dapat dibuktikan dengan ketaatan kepada Allah. Bila tidak demikian orang tersebut adalah seorang pendusta, artinya pengakuan orang tersebut tidak benar. Benar apa yang dikemukakan C.H.Dodd yang di kutif William Barclay[5] bahwa “mengenal Allah adalah mengalami kasihNya di dalam Kristus, dan mengembalikan kasih itu di dalam ketaatan”.

Pointer Aplikasi
(1) Akibat dosa sudah jelas. Dosa merusak persekutuan, dosa meredupkan dan menghilangkan sukacita. Lebih Jauh dosa menggiring kita ke dalam penderitaan dan pada akhirnya kematian kekal. Oleh karena itu janganlah berbuat dosa. Namun bila saat ini kita masih hidup dalam dosa jangan membuat kita merasa tidak ada jalan keluar, atau Allah tidak mau lagi mengampuni dosa kita sehingga kita terus berbuat dosa. Yohanes mengatakan “jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil”[6]. Artinya di dalam Yesus yang sudah mati disalibkan karena dosa-dosa manusia kita beroleh pengampunan. Kapanpun jikalau kita bertobat Allah mengampuni kita dan menerima kita oleh karena Yesus Kristus. Namun jangan dengan pemahaman ini kita tidak takut berbuat dosa dan terus berbuat dosa. Sebagaimana telah disebutkan kuasa dosa dapat dianalogikan dengan sarang laba-laba (spider). Ia akan menjarat kita sehingga sampai akhir hidup kita tidak dapat lagi bertobat. Karena itu benar seperti difirmankan dalam Ibrani 3:15, "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu…
(2) Setiap orang boleh saja mengaku bahwa dia sungguh-sungguh sudah bertobat, dia sungguh-sungguh mengenal Allah. Ia berdoa berjam-jam setiap hari dan banyak menghapal ayat-ayat Alkitab, dsb. Namun semuanya itu tidak berarti apa-apa dan tidak akan membuat orang tersebut benar-benar mengalami kasih Allah yang sesungguhnya jikalau tidak hidup menuruti FermanNya, hidup seperti Kristus hidup. Bagaimana itu? Melayani bukan dilayani, merendahkan diri bukan meninggikan diri, mengampuni bukan sebaliknya, terlebih berani menderita bahkan mati sekalipun demi menyaksikan kebenaran, keadilan dan kejujuran.
(3) Hidup menuruti FirmanNya bukanlah hal yang mudah, karena kita masih hidup di dunia ini dimana kuasa kedagingan dan kuasa keduniawian (iblis belum pensiun) akan terus menerus berupaya membuat kita tidak patuh, tidak hidup seperti Kristus hidup. Banyak tantangan hidup dalam kepatuhan. Tetapi jangan membuat kita psimis, karena ada Allah kita yang akan menolong dan melindungi, sebab istilah “pengantara” dalam bahasa Yunani “parakletos” juga berarti sebagai penolong, sebagai pelindung. Hal yang juga penting ialah bahwa Allah tidak memberi kita perintah melebihi kemampuan kita untuk mematuhinya. Dan sesuai janjiNya setiap orang yang patuh kepada perintahNya sungguh akan menikmati kasihNya dan kedamaian dalam hidup kita[7].
Pondok Gede, 9 April 2010
Pdt.S.Brahmana

--------------------------
[1] Yeremia 29:11
[2] Yohanes mestinya merupakan orang terakhir yang masih hidup dari generasinya. Mungkin seorang yang paling akhir yang masih hidup yang pernah berjalan dan bercakap-cakap dengan Yesus pada waktu Yesus masih hidup (William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari surat-surat Yohanes. Jakarta: BPK Gunung Mulia, hal.55).
[3] Mengenai hal ini Yohanes sudah kemukakan dalam 1 Yohanes 1:3 dan 4 bahwa ia menulis suranya ini supaya pembaca dapat menikmati persekutuan, dan supaya sukacitanya menjadi sempurna.
[4] Roma 6:23
[5] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat-surat Yohanes dan Surat Yudas. Jakaarta: BPK Gunung Mulia, 1990, hal.69
[6] Ayat 1
[7] Bd.Ayat 5

Sabtu, 03 April 2010

Asseb-Khotbah Yohanes 20:1-10, Minggu Paskah 4 April 2010

Thema:
YESUS TELAH BANGKIT
(Yesus enggo keke ibas kematen nari)
Introitus: Matius 28:6; Pembacaan: Roma 6:4-13
Khotbah: Yohanes 20:1-10
Pendahuluan
Kebangkitan Yesus Kristus dipahami sebagai hal yang sangat penting bagi kekristenan. Ibarat Jantung pada manusia, demikianlah Paskah dapat dianalogikan bagi kekristenan. Tanpa jantung manusia tidak bisa hidup, demikian juga tanpa kebangkitan tidak ada kekristenan. Paulus mengatakan tanpa kebangkitan sia-sialah iman kamu[1]. Oleh karena itu wajar bila masalah ini menjadi perhatian utama bagi si iblis dan musuh-musuh kekristenan itu sendiri. Mereka dengan segala cara berusaha membantah bahwa Yesus benar-benar mati dan bangkit pada hai ke tiga. Salah satu cara seperti yang dilakukan Dan Brown lewat bukunya “The Da Vinci Code”. Banyak hal disebutkan dalam buku yang sangat laris manis tersebut, bahkan buku tersebut juga difilm-kan. Salah satu hal menyoroti Maria Magdalena yang oleh Injil Yohanes disebut sebagai orang pertama menyaksikan kebangkitan Yesus. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa Maria Magdalena menikah dengan Yesus dan punya anak. Setelah kematian Yesus, Maria Magdalena kabur dengan anak mereka dan menjadi symbol “wanita suci” dari suatu agama pagan kuno.

Benar bahwa masalah kebangkitan adalah sesuatu yang tidak mudah dimengerti namun sangat berharga untuk dimengerti. Karena menyangkut keselamatan kita. Kebangkitan Yesus Kristus adalah jaminan keselamatan dan hidup yang kekal.

Pendalaman Nas
Yohanes 23:1-10 menceritakan bagai mana murid-murid Yesus menyikapi kematian guru mereka. Dalam hal Maria Magdalena injil Sinopsis agak berbeda dengan Yohanes. Injil Yohanes menyebutkan bahwa Maria Magdalena yang pertama menyaksikan kubur Yesus Kosong dan yang bertemu dengan Yesus[2].

Siapakah Maria Magdalena? Dalam Alkitab Maria Magdalena hanya disebut sebagai orang yang pernah dirasuki tujuh setan dan setan-setan tersebut lalu diusir keluar oleh Yesus (Markus 16:9), namun namanya juga sering dikaitkan dengan kisah perempuan yang kedapatan berzinah di Yohanes 8:1-11 dan perempuan berdosa yang membasahi kaki Yesus dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnyanamanya (Lukas 7:37-44)[3]. Yang pasti berdasarkan kesaksian Alkitab, Maria Magdalena adalah salah seorang dari perempuan-perempuan yang menyertai Yesus dan para rasul. Maria Magdalena juga berdiri di kaki salib pada saat penyaliban[4].

Dalam perikop kita disebutkan “pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur”. Reaksi Maria Magdalena pastilah sangat terkejut dan berpikir bahwa mayat Yesus telah diambil orang. Maria Magdalena langsung lari meninggalkan kuburan itu dan memberitahu Petrus dan murid lain yang dikasihi Yesus. Dalam ayat 3 disebutkan bahwa Petrus dan murid yang lain itu segera berangkat ke kubur Yesus. Dan benar bahwa kuburan telah terbuka dan mayat Yesus tidak ada di sana. Petrus hanya mendapatkan kain kapan yang tergeletak dan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.
Menyikapi hal ini, kesimpulan Petrus dan murid lain itu sama dengan Maria Magdalena, mereka percaya bahwa mayat Yesus telah dengan sengaja diambil atau dicuri orang. Mengapa kesimpulan mereka demikian? Dalam ayat 9 disebutkan “Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati”. Jadi sejauh ini murid-murid Tuhan Yesus belum memahami perkataan Yesus bahwa Dia akan dibangkitkan pada hari ke tiga. Sehingga mereka berkesimpulan bahwa ada yang mencuri mayat Yesus, atau oleh tentara Romawi dipindahkan secara diam-diam, dsb. Kalau demikian apa arti perkataan Yesus yang menyatakan bahwa Dia akan dibangkitkan pada hari ke tiga? Sebagian orang mungkin menyangkali fakta tentang kebangkitan Yesus, sebab ditinjau dari segi ilmu apa pun, kebangkitan manusia setelah mati sama sekali tidak masuk akal. Namun menyangkut hal ini kita harus tahu bahwa Allah bekerja tidak harus selalu sesuai dengan cara berpikir manusia. Allah melampaui cara berpikir kita yang sangat terbtas. Bagi manausia mustahil namun bagi Allah tidak. Inilah jaminan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak dapat Allah lakukan untuk kebaikan kita. Oleh karena itu ketika kita merasa tidak ada lagi jalan keluar dari persoalan yang kita hadapi, ingatlah bahwa Allah dapat melakukan, sebab Dia Allah kita adalah Allah yang telah bangkit.
Pointer Aplikasi
(1) Kubur yang kosong adalah sukacita bagi kita yang percaya. Mayat Yesus bukan dicuri orang, bukan pula ketika dikuburkan Yesus hanya mati suri sehingga ketika diletakkan dalam kuburan yang dingin tersebut Dia sadar lalu keluar, juga bukan karena cintanya para murid terhadap guru mereka sehingga berhalusinasi bahwa Yesus telah bangkit, tidak, tetapi memang Yesus benar-benar bangkit.

(2) Apa arti kebangkitan Yesus bagi kita? Pertama, tanpa kebangkitan iman kristen tidak akan ada. Salib akan kelihatan menyedihkan dan memalukan sebagai akhir hidup Yesus. Oleh karena itu kekristenan mula-mula sangat bergantung kepada kepercayaan murid-murid bahwa Yesus telah bangkit dari kematian. Kedua, Kebangkitan Yesus mendatangkan hidup baru[5]. Ketiga, Kebangkitan adalah jaminan atas segala pengharapan kita[6].

(3) Pengakuan bahwa Yesus telah bangkit berarti hidup kita adalah paskah, hidup yang telah melewati kematian kekal, berarti hidup baru, hidup yang bertobat.
Pondok Gede, 2 April 2010
Pdt.S.Brahmana

-------------------------------

[1] 1Korintus 15:14
[2] Bd.Yohanes 20:14-18
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Maria_Magdalena.%20Akses%20tgl.2 April 2010
[4] Bd.Markus 15:40; Matius 27:56 dan Yohanes 19:25
[5] Roma 6:7; 1 Korintus 6:14; 2 Korintus 4:14
[6] 1 Korintus 15:17-23