Jumat, 26 Maret 2010

Asseb-Khotbah Markus 14:3-9, Minggu 28 Maret 2010

Thema:
MULIAKANLAH DIA (YESUS)
(Pehagalah[1] Yesus Kristus e!)
Introitus: Yohanes 12:13; Pembacaan: Imamat 23:39-44
Khotbah: Markus 14:3-9
Pendahuluan
Memuliakan Allah atau mengagungkan Allah, itu harus kita lakukan sebagai orang yang menyebut diri orang kristen atau pengikut Kristus. Bagaimana caranya? Tentulah tidak hanya melalui sermonial ibadah, tetapi juga melalui kelakuan kita, perbuatan kita atau sikap hidup kita.

Pernah terjadi seorang ketua MPR dalam melantik seorang presiden dan wakil presiden melakukan beberapa kali kesalahan dalam mengucapkan nama presiden. Hal ini membuat orang-orang mencemohkannya atau memandang rendah. Dan lebih jauh ternyata hal ini tidak saja mendatangkan malu bagi ketua MPR tersebut tetapi juga ketua dan semua konsituen partai darimana ketua MPR tersebut berasal. Hal ini dikemukakan sebagai analogi kekristenan kita. Kita disebut kristen artinya pengikut Kristus. Dan panggilan kita memberitakan kabar kesukaan, kabar keselamatan yang dikerjaakan oleh Yesus Kristus Tuhan kita. Oleh karena itu hidup kita yang telah berubah dan berbuah sebagai bukti kita telah menerima anugrah keselamatan akan membuat orang semakin berkeinginan tahu lebih jauh tentang Yesus Kristus, tetapi apa bila sebaliknya orang-orang akan mencemohkannya dan tidak mau tahu lebih jauh tentang Yesus. Analogi yang lain mengenai anak sekolah. Kalau anak pintar, anak berprestasi di sekolah siapa yang mendapat pujian? Sudah pasti gurunya dan orang tuanya. Demikian juga dalam hubungannya dengan kehidupan kita sebagai orang kristen. Jika kita hidup berdasarkan buah-buah Roh[2] sudah pasti Allah dimuliakan, ditinggikan, dibesarkan.

Pendalaman Nas
Markus 14:3-9 yang menjadi perikop renungan kita ada di bawah judul “Yesus diurapi”. Peristiwa ini terjadi di sebuah desa Betani tepatnya di rumah Simon si kuasta. Disebutkan pada waktu Yesus duduk makan datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher buli-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.
Tidak disebutkan siapa perempuan ini. Markus tidak merasa penting menyebutkannya. Yang mau ditekankan oleh Markus adalah perbuatan perempuan ini. Minyak Narwastu adalah jenis minyak yang sangat mahal. Diperkirakan minyak wangi yang dibawa perempuan ini seharga 300 dinar. Kita dapat banyangkan berapa harganya kalau kita rupiahkan dengan pehitungan 1 dinar sama dengan upah sehari kerja. Kalau upah sehari kerja saat ini rata-rata 30 ribu berarti minyak Narwastu yang dibawa perempuan tersebut seharga Rp. 9 juta. Tidak tanggung-tanggung, minyak yang diatuangkan ke atas kepala Yesus tidak hanya beberapa tetes, tetapi disebutkan setelah dipecahkannya leher botol minyak tersebut lalu seluruh isinya dicurahkan ke atas kepala Yesus.

Memang tidak disebutkn apa alasan perempuan yang menurut Injil Yohanes bernama Maria tersebut. Namun yang jelas tindakan perempuan ini sangat luar biasa. ia mempersembahkan seluruh minyak narwastu murni yang mahal itu kepada Yesus dalam suatu sikap yang sangat tidak lazim. Hal ini menyatakan cinta kasih dan penghormatannya kepada Tuhan Yesus yang sangat besar. Dengan kata lain Perempuan ini berani menyatakan iman dan kasihnya dengan pengorbanan materi dan perasaan. Itulah caranya menghormati, memuliakan dan mengagungkan Yesus.

Lebih jauh Yesus membela perbuatan perempuan tersebut. Dalam ayat 4 dan 5 disebutkan ada orang yang menjadi gusar dan bahkan memarahi perempuan tersebut atas apa yang telah dilakukannya. Mereka[3] melihat perbuatan itu adalah suatu pemborosan. Untuk apa menuangkan minyak Narwastu yang mahal itu seluruhnya ke atas kepala Yesus, bukankah lebih bermaanfaat menjualnya lalu uangnya diberikan kepada orang miskin? Dalam konteks umum, pemahaman ini benar. Namun Yesus memahaminya dalam kontek yang lain. Uangkapan “orang-orang miskin selalu ada padamu, dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu”, sebenarnya Yesus mau mengingatkan bahwa saat Yesus tidak lama lagi bersama-sama muridnya. Sebentar lagi Ia akan mengalami penderitaan yang berat, Ia harus menaggung cawan murka Allah, Ia akan mati. Oleh karena itu dalam ayat 8 Yesus menghubungkan apa yang telah dilakukan perempuan itu, yakni memiyaki Yesus sebagai persiapan penguburan Yesus. Itulah sebabnya Yesus memuji perbuatan peremuan tersebut walaupun dipahami sebagai pemborosan. Tidak sekedar pujian biasa tetapi dikatakan perbuatannya itu akan terus diingat.

Pointer Aplikasi
(1) Murid-murid gagal mengenal Yesus dengan baik; gagal memahami jalan yang harus dilalui, setidaknya dengan hati mereka. Mengapa bisa demikian? Karena pikiran mereka telah dikaburkan oleh ambisi mereka untuk menjadi siapa yang terbesar. Kepentingan pribadi telah menghalangi mereka memahami isi hati Tuhan dan untuk turut merasakan apa yang Ia rasakan. Asumsi yang salah dan pengharapan yang salah akan Mesias menghalangi orang untuk mengenal Yesus Kristus secara benar. Itulah yang terjadi pada waktu Yesus pergi ke Yerusalem. Dalam Johanes 12:13 (introitus), mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" Namun tidak lama kemudian, ketika Yesus tidak seperti yang mereka harapkan, mereka mengatakan “enyahkan Dia, salibkan Dia[4]. Hal inilah juga yang menjadi krisis terbesar yang dihadapi gereja saat ini, yakni krisis pengenalan akan Yesus. Banyak orang tidak mengenal Yesus dengan sungguh-sungguh meskipun mereka mengaku kristen, dan bahkan menyerukan nama Tuhan Yesus. Hal ini nampak dalam sikap hidup mereka yang menjadi batu sandungan.

(2) Apa yang penting kita lakukan bagi Yesus? Respons Yesus terhadap perempuan yang mengurapinya dengan minyak narwastu telah menyatakan apa yang diingini Yesus kita lakukan kepadaNya. Pertama, Yesus mau agar kita mengenalnya dengan baik, mengenal isi hati Tuhan. Bagaimana caranya? Tentunya dengan membaca FirmanNya dan berdoa, baik secara pribadi-pribadi maupun melalui persekutuan. Kedua, sebagaimana khotbah Minggu tanggal 21 Maret 2010, Tuhan mau kita mempersembahkan bagiNya persembahan yang terbaik. Dan persembahan yang terbaik itu menurut Paulus yakni dengan mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan[5]. Artinya apa pun yang kita kerjakan dan lakukan semuanya dalam rangka memuliakan Dia. Bila itu yang kita lakukan berarti kita sudah menghormati, memuliakan, mengagungkan (pehaga) Allah.

Pondok Gede, 26 Maret 2010
Pdt.S.Brahmana

--------------------------
[1] Dalam kamus Karo Indonesia Darwin Prinst kata “Haga” berarti hormat, mulia, agung, besar. Jadi “Pehaga” sama dengan mengagungkan, memuliakan, menjadikan terhormat, menjadikan besar.
[2] Galatia 5:22-23
[3] Walaupun Markus tidak menyebutkan siapa “mereka” itu, namun berdasarkan konteks kemungkinan besar, itu adalah murid-murid. Matius 26:8-9 menyebut yang gusar itu adalah murid-murid Yesus. Namun Yohanes 12:4-5, tidak menyebutkan ketidaksukaan murid-murid, tetapi menuding langsung pada Yudas.
[4] Yohanes 19:15
[5] Roma 12:1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar