Kamis, 28 Januari 2010

Asseb-Khotbah Kis.Rasul 22:12-21, Minggu 31 Januari 2010

Thema:
ALLAH YANG MEMILIH HAMBANYA DAN BUKAN SEBALIKNYA
(Tuhan sinetapken suruh-suruhenNa)
Introitus: 1 Samuel 16:7c; Pembacaan: Yesaya 49:1-6
Khotbah: Kis.Rasul 22:12-21
Pendahuluan
Berbagai cara Allah memilih orang-orang untuk menjadi hambaNya. Allah memilih Daud pada saat dia masih muda belia dan seorang gembala. Daud pada saat itu bukanlah orang yang diperhitungkan. Dibandingkan abang-abangnya, daud bukanlah apa-apa. Namun ternyata tidak demikian di mata Allah. Demikian juga Yesaya bahkan dipilih Tuhan sejak dalam kandungan.

Untuk apa Allah memilih orang menjadi hambaNya? Berdasarkan artinya, kata “hamba” yang berasal dari kata servant/slave atau doulos (Yunani), ebed (Ibrani) berarti seorang yang sedang dalam status sebagai pelayan atau budak. Tugasnya adalah mengerjakan pekerjaan menurut kehendak tuannya, tidak ada bantah-bantahan. Suatu sikap penyerahan segala "hak pribadi" secara utuh untuk diatur oleh majikannya. Berarti ia sedang menyangkal dirinya atau tidak berhak lagi atas hak pribadinya. Hak itu sudah melebur/menyatu dengan hak tuannya. Akan tetapi haknya itu sekali lagi tak kelihatan kekuatannya. Dengan keadaan itu maka ia berada dalam status budak atau hamba.

Hamba yang benar adalah bila dapat menyenangkan hati tuannya. Demikianlah setiap orang yang menganggap dirinya hamba (hamba Allah), totalits hidupnya yakni apapun yang dikerjakannya hanya untuk menyenangkan tuannya (Allah). Yesus juga disebut “sebagai seorang hamba”. Dalam statusnya sebagai hamba ia taat sampai mati di kayu salib[1]. Oleh karena itu Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.

Dari pengertian ini hamba Tuhan (surus-suruhen) secara lebih khusus[2] adalah mereka yang secara khusus dipanggil orang perorang untuk dikhususkan secara bertanggungjawab untuk menyatakan keagungan Tuhan, menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari Tuhan sampai ke ujung bumi. Dalam Perjanjian Baru berarti untuk memberitakan Injil dan membangun serta menjaga tubuh Kristus (persekutuan) agar tidak terpecah belah dan diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran yang sesat (Bd.Efesus 4:11-15).

Di GBKP orang-orang ini disebut Pendeta/Guru Injil dan Pertua/Diaken. Mereka secara khusus dipilih untuk menegerjakan kepentingan Tuhan dan umat Tuhan, dan bukan pribadi dan gerejanya saja. Walaupun dipilih dan diseleksi oleh gereja melalui proses yang sudah ditetapkan, tetapi dipahami bahwa Allah yang memilih orang tersebut. Oleh karena itu seharusnyalah setiap orang telah dipilih Allah memberlakukan hidupnya sebagai seorang hamba. Dan berbahagialah hamba yang setia[3].

Pendalaman Nas
Perikop renungan kita Kisah Rasul 22:12-21 merupakan kesaksian Paulus tentang dirinya yakni mengenai historitas ia menjadi seorang utusan, seorang hamba Tuhan[4]. Cara Allah memilih Paulus lain lagi. Sebelum ia benar-benar menjadi hamba yang setia, ia terlebih dahulu mengalami penderitaan tidak dapat melihat 3 hari tiga malam setelah bertemu dengan Yesus ketika ia dalam perjalanan ke Damsyik untuk menangkapi orang kristen. Tidak hanya itu, setelah ia dapat melihat kembali Paulus tidak serta merta pergi menjadi utusan untuk memberitakan Injil. Ia terlebih dahulu pergi ke tanah Arab selama 3 tahun[5]. Tidak dijelaskan apa yang dilakukan Paulus di sana, yang pasti setelah itulah ia baru memberitakan Injil sebaga seorang rasul. Maksud paulus menceritakan hal ini sehubungan dengan apologetnya, bahwa ia menjadi seorang utusan, seorang hamba bukan oleh karena kehendak manusia atau pengaruh manusia. Otoritas menjadi seorang utusan (seorang hamba) bukan diperoleh dari Petrus atau rasul-rasul yang lain melainkan dari Yesus sendiri.

Dengan demikian menjadi hamba Tuhan bukan asal mau. Allah sendirilah yang memilih siapa yang akan menjadi hambaNya. Ananis dalam ayat 12 hanyalah sebagai alat Tuhan untuk menyampaikan Firman Tuhan kepada Paulus serta menyembuhkan butanya. Tidak lebih dari itu. Demikian juga rasul-rasul yang lain hanyalah sebagai alat di tangan Tuhan untuk menyatakan kehendakNya. Karena itu seorang hamba Tuhan tidak boleh sombong. Ia harus lebih takut kepada Allah dari pada manusia. Sebagaimana pengertian dari kata “seorang hamba” hidupnya secara totalits milik Tuhan dan untuk melakukan apa yang diperintahkan Tuhan. Memang seorang utusan, seorang hamba Tuhan dalam malakukan tugasnya tidak seperti tukang pos. Tukang pos mengantar surat ke alamat tujuan tampa tahu apa isi dari surat tersebut. Seorang utusan tidak demikian, ia tahu isi dari berita yang harus disampaikan dan tahu persis konsekwensi apa bila menolak menyambut berita tersebut.

Paulus dipilih Tuhan untuk memeberitakan Injil kepada bangsa-bangsa diluar Israel. Oleh karena itu Paulus disebut sebagai rasul bagi orang kafir. Dan untuk melakukan tugas panggilannya tersebut walaupun banyak mengalami penderitaan tetapi tidak membuat padam semangat Paulus untuk terus dan terus memberitakan Injil Kristus dengan setia. Sebab apa? Sebab bagi Paulus penderitaan yang dialaminya tidak seberapa dibanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita (Roma 8:18).
Pointer Aplikasi

(1) Menjadi hamba Tuhan yang “sesungguhnya” bukanlah gampang. Dikatakan “sesungguhnya” karena pada jaman kita sekarang ada sebagian orang yang sangat bersedia menjadi “hamba Tuhan”. Bahkan “membeli” nama itupun ada yang mau. Memang benar ada banyak orang yang menyandang gelar tersebut (Pendeta, Evanglis, Pertua atau Diaken). Namun gelar atau jabatan tersebut ternyata bukan jaminan bahwa seseorang itu adalah hamba yang sesungguhnya[6]. Sebab hamba yang sesungguhnya dia akan tetap taat dan setia walaupun karenanya ia harus menderita bahkan mati dalam melakukan tugas yang dipercayakan tuannya kepadanya atau dengan kata lain untuk menyenagkan tuannya. Kebahagiaannya ialah bila dapat melakukan apa yang diperintahkan tuannya dengan baik. Namun kenyataannya sering tidak demikian. Sebab andaikata setiap orang yang disebut hamba Tuhan di GBKP (Pendeta, pertua-Diaken) sungguh-sungguh hidup sebagai hamba yang setia sudah pasti jemaat akan semakin dibangun baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kehadiran jemaat mengikuti persekutuan sudah pasti tidak hanya 40-50 %.
(2) Secara umum cara Allah memanggil masing-masing kita tidaklah sama. Ada sebagian sebelum lahirpun telah menjadi orang kristen oleh karena orang tuanya sudah menjadi orang kristen. Ada yang kemudian menjadi kristen setelah dewasa atau sudah tua oleh karena penginjilan yang dilakukan oleh orang-orang percaya, dan ada juga oleh karena awalnya disebabkan perkawinan, sakit-penyakit, karena anak atau cucu, dsb. Demikian juga menjadi Pendeta, Evanglis, Pertua-Diaken. Bagaimanapun cara Allah memanggil kita, Allah mau kita menjadi hamba yang setia. Dan walaupun dalam menjalankan tugas panggilan tersebut ada banyak tantangan yang kita hadapi, namun satu hal yang pasti bahwa setiap orang yang dipanggil Allah menjadi hambanya akan selalu disertai serta diperlengkapi dengan kuasa yang dari Allah yaitu Kuasa Roh Kudus[7]. Itulah yang menyebabkan Paulus dalam pembacan kita berani bersaksi tanpa rasa takut. Dan kalau kita baca mulai dari Kisah Rasul 21:27 sampai pasal 28, kita akan menyaksikan bagaimana paulus dengan setia mempertahankan imannya serta mengunakan setiap kesempatan memberitakan atau menyaksikan tampa takut bahwa Yesus adalah Mesias yang telah disalibkan dan bangkit pada hari ke tiga untuk menyelamatkan umat manusia. Bagaimana dengan kita?

Pondok Gede, 28 Januari 2010
Pdt.S.Brahmana
------------------------
[1] Bd.Filipi 2:5-11
[2] Dikatakan “lebih khusus” karena semua orang percaya dapat juga disebut sebagai hamba Tuhan. Semua orang percaya di utus di tengah-tengah dunia ini untuk menjadi saksi Tuhan baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Yesus mengatakan dalam Matius 5:13-16 bahwa kita adalah garam dan terang dunia ini; Bd. 1 Petrus 2:9.
[3] Bd.Matius 25:14-30
[4] Hal ini tidak diceritakan dengan maksud kesombongan, namun sebagai apologet (pembelaan diri Paulus) bagi orang-orang Yahudi, khususnya .
[5] Galatia 1:17-18
[6] Bd. Gembala upahan dalam Yohanes 10:12-13
[7] Bd.Matius 28:20; Kis.Rasul 1:8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar